Rabu, 26 Januari 2011

Ultrasonic Therapic MERK : BBH (alat fisioterapi)







Ultra Sound
Alat fisioterapi Merk BBH ini boleh dibilang sangat murah, gratis ongkos kirim ke seluruh wilayah indonesia.


Kategori alat fisioterapi

Tujuan Terapi Latihan : “Endurance dan Cardiovaskular Fitness”


Endurance atau daya tahan adalah penting untuk melakukan tugas-tugas motorik yang berulang-ulang dalam AKS dan melakukan level aktivitas fungsional yang terus menerus seperti berjalan/naik turun tangga –> kerja dalam waktu yang lama. Tipe endurance terdiri atas daya tahan otot dan daya tahan tubuh.

Daya tahan otot adalah kemampuan suatu otot untuk berkontraksi secara berulang-ulang atau terjadi ketegangan yang terus menerus dan tahan terhadap kelelahan dalam jangka waktu yang lama. Daya tahan tubuh adalah kemampuan seseorang untuk melakukan latihan intensitas rendah secara terus menerus, seperti berjalan, jogging atau naik turun tangga dalam jangka waktu yang lama –> bentuk latihannya dinamakan aerobik/kondisioning untuk meningkatkan cardiorespiratory fitness.

Perubahan yang terjadi pada otot, sistem cardiorespirator jika daya tahan meningkat

Perubahan segera selama latihan

  • Peningkatan aliran darah ke otot (tuntutan O2), peningkatan denyut nadi, peningkatan stroke volume, cardiac output dan peningkatan tahanan perifer –> tekanan darah bisa meningkat jika latihan berat
  • Peningkatan tuntutan dan konsumsi O2, peningkatan frekuensi napas dan kedalaman napas –> otot-otot respirasi sekunder berkontraksi.

Perubahan adaptasi dalam jangka waktu yang lama

  • Perubahan pada otot, dimana kepadatan pembuluh kapiler di otot menjadi meningkat –> adanya latihan intensitas rendah dalam waktu yang lama (sampai titik kelelahan) menyebabkan terjadinya aktifitas aerobik dalam otot untuk memberikan energi selama kontraksi otot, tuntutan O2 yang lebih besar menyebabkan pembuluh kapiler oto menjadi lebih padat dan meningkat. Perubahan adaptasi pada serabut otot tipe I dan IIa berkaitan dengan meningkatnya daya tahan otot.
  • Perubahan pada sistem kardiovaskular dimana cardiac output dan stroke volume menjadi meningkat serta denyut nadi istirahat menjadi turun –> peningkatan efisiensi kerja jantung.

Petunjuk terapi latihan untuk perkembangan endurance

  • Untuk daya tahan otot –> diaplikasikan resisted exercise dengan beban sedang sampai titik kelelahan.
  • Untuk daya tahan tubuh –> diaplikasikan program aerobik exercise atau program-program conditioning, untuk meningkatkan sistem transportasi O2 yang efektif dan uptake O2 maksimal, Program latihan tersebut antara lain:
    - Latihan yang diarahkan pada group otot yang besar, seperti berjalan , berlari, berenang dan bersepeda.
    - Latihan selama 15-45 menit/lebih, frekuensi latihan.

Proprioceptif Neuromuscular Fasilitation (PNF)

PNF memiliki pengertian yang mendasar. Dari kata Fasilitation atau fasilitasi dapat di artikan mempermudah atau membuat mudah. Fasilitasi ditujukan pada reaksi atau respon neuromuscular dengan jalan memberikan suatu stimulus dari luar/perifer terhadap saraf aferen khusus yang propriosensor. Dengan demikian arti PNF adalah fasilitasi respon neuromuskular melalui propriosensor.

Prinsip dasar PNF

Prinsip dasar PNF adalah prinsip yang mendasari teknik pelaksanaan PNF yang harus ada pada setiap penerapan teknik PNF. Adapun prinsip dasar PNF adalah :

  • Optimal resisten
  • Manual kontak
  • Stimulasi verbal
  • Timbal balik visual
  • Body mekanik
  • Traksi dan aproksimasi
  • Irradiasi
  • Reinforcement
  • Komponen gerak

Pola gerakan PNF pada Lengan

  • Fleksi – abduksi – eksorotasi
  • Fleksi – abduksi – eksorotasi dengan elbow fleksi
  • Fleksi – abduksi – eksorotasi dengan elbow ekstensi
  • Ekstensi – adduksi – endorotasi
  • Ekstensi – adduksi – endorotasi dengan elbow fleksi
  • Ekstensi – adduksi – endorotasi dengan elbow ekstensi
  • Fleksi – adduksi – eksorotasi
  • Fleksi – adduksi – eksorotasi dengan fleksi elbow
  • Fleksi – adduksi – eksorotasi dengan ekstensi elbow
  • Ekstensi – abduksi – endorotasi
  • Ekstensi – abduksi – endorotasi dengan fleksi elbow
  • Ekstensi – abduksi – endorotasi dengan ekstensi elbow

Konsep Dasar Terapi Bugnet

Terapi Bugnet adalah metode pengobatan berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap secara refleks lewat sensibilitas yang dalam. Latihan ini disebut juga Auto resitance.

Dalam penerapannya terapi ini khusus ditujukan pada pemulihan koordinasi sikap tubuh yang baik dan benar atau mengoreksi sikap badan/postur yang kurang baik.

Tujuan Terapi Bugnet

- Menciptakan keharmonisan dalam kelompok jaringan otot, denganefek penyembuhan dari otot yang diterapi.

- Memperkuat otot-otot yang lemah, sehingga memperbaiki fungsi dari seluruh peralatan lokomotor. Otot-otot yang lemah dapat dipengaruhi secara menguntungkan dengan membuat otot-otot antagonis lentur, dengan demikian perhatian ditujukan pada otot-otot yang kuat.

Ciri terapi bugnet

  1. Otot tidak pernah dilatih secara individu
  2. Otot dilatih dengan rantai tertutup
  3. Otot dilatih secara menyeluruh
  4. Kontraksi otot isometris, dapat dimaksimal dengan tahanan yang meningkat
  5. Otot dapat diberikan stimulasi berupa manipulasi muscular

Indikasi

  1. Kelainan pada sikap tulang belakang, pinggul, gelang bahu dan anggota gerak
  2. Immobilisasi dengan gips atau korest
  3. Bila pergerakkan tidak diperbolehkan atau adanya rasa sakit yang sangat (post operasi, dll)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada terapi Bugnet

  1. Posisi awal
  2. Fiksasi
  3. Resisten
  4. Respon pasien
  5. Manipulasi otot
  6. Pengaturan pernapasan
  7. Visualisasi
  8. Penjelasan awal dan aba-aba
    Hal tersebut harus diperhatikan karena penerapannya selalu bersamaan.

Latihan dasar terapi Bugnet

Terapi Bugnet memiliki 2 bentuk terapi latihan yaitu :

1. Latihan dasar diberikan pada pelvic, trunk, bahu, lutu dan kaki. Latihan ini mula-mula dilakukan secara simetris dan dapat dilanjutkan ke asimetris jika penderita sudah menguasai gerakan tersebut.

2. Latihan yang telah dikembangkan sesuai dengan problematik fisioterapi.

Tujuan Terapi Latihan : “Mobilitas dan Fleksibilitas”


Mobilitas dan fleksibilitas untuk jaringan kontraktil dan non kontraktil serta sendi adalah penting untuk gerakan fungsional normal. Jika gerakan normal terbatas/terhambat karena adanya penyakit atau trauma pada jaringan lunak dan sendi (timbul nyeri, imflamasi atau kelemahan) maka akan terjadi adaptasi pemendekan (tightness) pada jaringan lunak dan sendi, akan mengganggu mobilitas dan fleksibilitas.

Jaringan lunak terdiri atas jaringan kontraktil dan non-kontraktil, yaitu otot, jaringan konnectif dan kulit. Otot memiliki unsur kontraktil dan elastis, dapat memendek ketika berkontraksi dan relax setelah kontraksi serta dapat diulur secara pasif, jika immobile dalam waktu lama maka fleksibilitasnya akan hilang dan terjadi adaptasi pemedekan, dikenal dengan “Kontraktur”.

Untuk mengembalikan fleksibilitas penuh, maka perlu diperhatikan unsur neurofisiologi otot (fungsi muscle spindle dan golgi tendon organ), proses relaksasi dan unsur elastis pasif dari otot, bentuk terapi latihannya adalahnya Pasif/aktif streching, Contract Relax + Streching, Hold rilex + Streching. Jaringan konnektif utamanya tersusun oleh jaringan collagen, akan memanjang secara perlahan jika diulur dan akan beradaptasi memendek jika di immobilisasi, jika terjadi injury (luka) maka selama proses penyembuhan akan terbentuk jaringan konnektif yang padat, disebut “scar”.

Immobilisasi dalam waktu yang lama harus dihindari, untuk mencegah formasi jaringan fibrotik yang yang padat dan kontraktur yang menetap, bentuk terapi latihannya adalah pasif streching dan mobilisasi sendi. Mobilitas atau fleksibilitas normal kulit harus juga dipelihara untuk menghasilkan gerakan normal, ketika terjadi jaringan parut (scar tissue) setelah luka bakar, tergores atau tercabik maka akan berkembang tightness pada kulit dan menyebabkan keterbatasan gerak, bentuk terapi latihannya adalah aktif/pasif exercise lebih awal untuk meminimalkan tightness.

Mobilitas Sendi

Untuk menghasilkan gerakan normal diperlukan kinematik sendi yang sesuai, perlu laxity kapsul yang cukup untuk menghsilkan gerakan normal roll-slide, adanya pemendekan atau kekakuan kapsul sendi akan membatasi gerakan, bentuk terapi latihannya adalah mobilisasi sendi.

Teknik Khusus PNF


1. Hold Rileks
Kasus : keterbatasan gerak/ROM sendi lutut
Pelaksanaan : penderita tengkurap dengan lutut fleksi. Fisioterapi disamping penderita, satu tangan pada sendi lutut, tangan yang lain dibagian distal sendi pergelangan kaki. Penderita diperintahkan menggerakkan sendi lututnya ke ekstensi sebatas ROM yang ada melawan tahanan yang diberikan fisioterapis secara optimal pada posisi tersebut selama 8 hitungan, hingga terjadi isometric kontraksi selama 8 detik satu kali gerakan dan rileks. Diulang 3-4 kali, setelah itu penderita disuruh menggerakkan lututnya kearah ekstensi sekuat mungkin diikuti pemberian force passive movement kearah ekstensi lutut ketika pasien rileks.
Tujuan: mengulur m. hamstring, memperkuat hamstring dan m. quadriceps. Latihan diulang 5-6 kali setiap terapi.

2. Kontraks rileks
Kasus : keterbatasan sendi lutut
Pelaksanaan : penderita tengkurap dengan lutut fleksi, fisioterapis disamping penderita, satu tangan pada sendi lutut dan tangan yang lain pada bagian distal ankle joint. Lalu penderita disuruh menggerakkan sendi lututnya kea rah ekstensi sebatas ROM yang ada , lalu pasien disuruh menggerakkan sendi lututnya ke arah fleksi dengan melawan tahanan fisioterapis sehingga terjadi isotonic kontraksi kea rah fleksi lutut yang dilakukan 3-4 kali, kemudian penderita disuruh menggerakkan lututnya kea rah ekstensi agar m. hamstring rileks sepenuhnya. Lalu penderita melakukan gerakan ekstensi lutut sekuat mungkin agar m. quadriceps berkontraksi maksimal, lalu fisioterapis memberikan force passive movement ke arak ekstensi.
Tujuan : mengulur dan memperkuat hamstring dan menambah ROM ekstensi dan memperkuat koordinasi gerakan.

Pola Gerakan PNF Pada Tungkai


• Fleksi – abduksi – endorotasi
• Fleksi – abduksi – endorotasi dengan knee fleksi
• Fleksi – abduksi – endorotasi dengan knee ekstensi
• Ekstensi – adduksi – eksorotasi
• Ekstensi – adduksi – eksorotasi dengan knee fleksi
• Ekstensi – adduksi – eksorotasi dengan knee ekstensi
• Fleksi – adduksi – endorotasi
• Fleksi – adduksi – endorotasi dengan knee fleksi
• Fleksi – adduksi – endorotasi dengan knee ekstensi
• Ekstensi – abduksi – eksorotasi
• Ekstensi – abduksi – endorotasi dengan knee fleksi
• Ekstensi – abduksi – eksorotasi dengan knee ekstensi
• Ekstensi – abduksi – eksorotasi dengan knee fleksi

Terapi Bobath


Terapi ini pertama kali diperkenalkan oleh Bertha Bobath. Terapi ini dikenal nama NDT (Neuro Developmental Treatment).

Dasar metode Bobath
Dasar pengobatan bobath ialah perkembangan motoris yang normal, dimana righting reaction dan keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting. Prinsip pengobatannya ialah fasilitasi, inhibisi dan stimulasi.

Righting reaction
Reaksi yang pertama kali muncul pada anak ialah righting reaction yaitu pada usia 10-12 bulan dan hilang pada usia 6 tahun. Yang termasuk righting reaction ialah:
1. Neck righting reaction
Dengan memutar kepala secara pasif atau aktif ke salah satu sisi dengan posisi terlentang akan terjadi gerakan memutar ke samping atau miring.
2. Labirinthing reaction
Reaksinya ialah menegakkan kepala dalam posisi tengkurap, muncul pada usia 1-6 bulan
3. Reaksi vaetibular
Reaksi mempertahankan kepala saat terlentang menuju keduduk
4. Body righting reaction (gerakan kepala)
Mengatur posisi kepala diudara, timbul saat kaki anak disentuhkan dilantai, yang diikuti tegaknya kepala.
5. Body righting reaction (gerakan tubuh)
Terdapat pada anak usia 6-8 bulan. Modifikasi dari neck righting reaction. Kepala diputar akan diikuti rotasi bahu, lalu diikuti rotasi pelvis atau sebaliknya. Reaksi ini membantu anak tengkurap sendiri.
6. Optical righting reaction
Reaksi untuk melihatm berkembang sesuai dengan kematangan usia anak.

Reaksi keseimbangan

Diperlukan untuk mempertahankan posisi, mengatur dan menyesuaikan sikap tubuh dan anggota gerak. Muncul saat usia 6 bulan. Reaksi ini kompleks yang bekerja sama dengan sejumalh reaksi yaitu:
1. Antigravity Mechanism
Disebut juga supporting reaction, untuk mempertahankan tubuh terhadap gravitasi
2. Postural fiksasi
Memberikan fiksasi pada bagian tubuh, misalnya kepala dengan tubuh
3. Counter posisi
Reaksi pengaturan posisi badan dan gerakan, sehingga memungkinkan gerakan selama mempertahankan suatu posisi.
4. Tilt reaction
Reaksi mempertahankan keseimbangan sewaktu diangkat dari bidang horizontal. Mulai timbul usia 6 bulan.
5. Protective reaction
Reaksi mencegah badan jatuh ke bawah, misalnya berdiri di dorong ke depan, reaksi melangkah atau melompat ke depan. Selain reaksi tersebut juga perlu diketahui ialah: reflex landau, ATNR, menggenggam, STNR, dsb.

Sumber : Buku Terapi Latihan (Teknik Khusus Terapi Latihan)
Oleh : Suharto,S.Pd, M.Kes, RPT

Prinsip Terapi Bobath dan Program Pengobatan


PRINSIP TERAPI BOBATH
1. Inhibisi
Ialah menghambat pola gerak abnormal maupun sikap tubuh abnormal. Tekniknya di sebut RIP (Refleks inhibisi postur), misalnya spastisitus ekstensor, anak diposisikan ke fleksi
2. Fasilitasi
Upaya memberikan kemudahan, disini di berikan fasilitasi adalah posisi dan gerakan yang lebih normal.
3. Stimulasi
Biasanya diberikan pada kasus hypotonic. Tekniknya berupa kompresi, tapping atau stroking, juga bisa dengan goresan es.
4. Key point of control (KPOC)
Tempat tertentu yang paling efektif memberikan inhibisi, fasilitasi maupun stamulasi. Biasanya sendi proksimal, misalnya panggul, bahu dan sebagainya, meskipun tempat-tempat lain juga bisa di gunakan.

PROGRAM PENGOBATAN
1. Fasilitasi duduk dari posisi miring
2. Fasilitasi duduk dari tengkurap
3. Fasilitasi dalam posisi merangkak
4. Fasilitasi dan atau stabilisasi posisi duduk
5. Berdiri dengan bantuan atau sandaran

Sumber : Buku Terapi Latihan (Teknik Khusus Terapi Latihan)
Oleh : Suharto,S.Pd, M.Kes, RPT

Pelaksanaan Frenkle Exercise Pada Posisi Terlentang dan Dua Tungkai

Frenkle exercise adalah suatu latihan di tujukan agar penderita menggunakan sensasi yang masih ada untuk membantu memperbaiki kordinasi gerakan

Syarat-syarat latihan frenkle
1. Aba-aba harus monoton
2. Setiap latihan harus di kuasai oleh penderita sebelum dig anti dengan gerakan yang lain
3. Latihan dengan kerja otot berat dihindari
4. Gerakan di mulai dari full ROM di tingkatkan ke gerakan yang tidak full ROM
5. Gerakan mula-mula cepat lalu lambat
6. Di mulai dengan mata terbuka ke mata tertutup
7. Latihan harus di selingi istirahat

PELAKSANAAN
1. Latihan pada posisi terlentang
Latihan satu tungkai, selama latihan kaki tetap dorso fleksi :
a. Fleksikan satu tungkai : hip, knee, kaki bergeser pada bed
b. Fleksi seperti di atas di tambah adduksi, abduksi dan kembali ke ekstensi
c. Fleksi seperti di atas, hanya ½ ROM lalu ke ekstensi
d. Fleksi seperti c di tambah abduksi, adduksi lalu ke ekstensi
e. Fleksi lalu hentikan pada ROM tertentu selanjutnya ke ekstensi
f. Seperti pada e, tetapi di hentikan oleh fisioterapis pada ROM tertentu dengan aba-aba dari fisioterapis

Latihan dua tungkai
a. Fleksi hip, knee satu tungkai, tumit sedikit terangkat dari bed, kembali ekstensi
b. Tumit di tempatkan di patella, kembali ekstensi
c. Seperti di atas tetapi di hentikan oleh fisioterapis pada posisi tertentu
d. Tumit di letakkan pada tengah tibia, lalu di angkat kembali dan di letakkan di sampingnya dan ke ekstensi lagi
e. Tumit di tempatkan pada lutut, lalu turunkan di samping, kemudian tumit di letakkan lagi di tengah tibia, lalu ke ankle, kembali ke samping dan kembali ke ekstensi
f. Tumit di tempatkan pada lutut lalu di geser sepanjang tibia sampai di ankle, kembali lagi ke ekstensi
g. Seperti f tetapi tumit setelah sampai ke ankle kembali ke lutut selanjutnya ke ekstensi
h. Fleksi dan ekstensi kedua tungkai dengan tumit tetap pada bed
i. Seperti di atas tetapi di hentikan pada posisi tertentu oleh penderita
j. Satu tungkai fleksi, lalu tungkai abduksi dan tungkai kanan fleksi, di lanjutkan dengan adduksi tungkai kiri dan ekstensi tungkai kanan di ulang pada tungkai yang lain yaitu tungkai yang kanan
k. Tungkai kiri fleksi, tungkai kanan abduksi dan fleksi pada waktu bersamaan, lalu tungkai kanan adduksi, terus ekstensi keduanya tanpa tumit menyentuh bed
l. Fisioterapis meletakkan salah satu jarinya pada suatu tempat pada tungkai kemudian penderita di suruh menempatkan tumit dari tungkai yang satunya pada tempat dimana terdapat jari fisioterapis
m. Seperti di atas, pada waktu tumit penderita sudah dekat dengan jari terapis maka jari itu di pindahkan dan penderita di suruh mengikuti dengan tumitnya
n. Tumit tungkai kanan di tempatkan pada lutut tungkai kiri, lalu tungkai kiri di fleksikan dan di ekstensikan
o. Tumit kanan di tempatkan pada lutut kiri kemudian geserkan pada tibia sampai ankle, sementara itu tungkai kiri di fleksikan kemudian tungkai kiri kembali ekstensi

TERAPI ULTRA SOUND

Fisioterapi memiliki tanggung jawab di dalam kesehatan gerak fungsional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan di pergunakan berbagai metodologi intervensi fisioterapi, termasuk penggunaan stesor-stesor fisis didalam rangkaian modalitas fisioterapi. Modalitas fisioterapi memiliki berbagai macam atau jenis, yang salah satunya ialah ultra sonik.

Gelombang ultra sonik yang merupakan gelombang suara yang di peroleh dari getaran yang memiliki frekwensi 0,1 hingga 5 MHz. Gelombang ini dapat di kelompokkan menurut fungsinya dengan frekwensi dan intensitas masing-masing (Lehmaun 1990)
Untuk diagnostik frekwensi intensitas
echocardiography 5 M Hz 3,4 mW/cm²
echophalography 5 M Hz 3,4 mW/cm²
doppler blood flow 5 s.d 10 M Hz 203 m/W/cm²
obstretical doopler 2,25 M Hz 6,3 m/W/cm²
untuk surgical / bedah
gallostone ablation 0,01 M Hz 20 s.d 100 W/cm²
untuk terapetik
physical medicine & rehabilitation 0,75 s.d 3 M Hz 0.1 s.d 5 W/cm²

a. Generator Ultra Sonik
Pesawat ultra sonik merupakan suatu generator yang menghasilkan arus bolak balik berfrekwensi tinggi (high frequency alternating current) yang mencapai 0,75 s.d 3 MHz. Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada transducer yang kemudian di konversikan menjadi vibrasi oleh adanya efek piezoelektrik.

Efek piezoelektrik ini pertama kali diperkenalkan oleh Pierre dan Jacques Curie (1880), yang di peroleh dari vibrasi kristal quartz atau dari produk sintetis kristal keramik berupa barium titanate maupun lead zirconate titanate.

Kristal ini dibentuk dengan ketebalan 2-3 mm melingkar sesuai dengan axis elektrik, kemudian dieratkan pada bagian dalam permukaan tranducer. Saat di aliri arus atau beda potensial, kristal ini akan mengalami vibrasi baik secara kompresi maupun ekspansi dengan frekwensi sama dengan sinyal elektrik yang datang. Umumnya frekwensi yang di hasilkan oleh generator adalah 1 dan 3 MHz.

b. Penyebaran efek ultra sonik dalam jaringan
Efek penyebaran ultra sonik dalam jaringan bergantung pada:
1) Kedalaman penetrasi
Kedalaman penetrasi tergantung pada absorpsi dan penyebaran pancaran ultra sonik selama dalam jaringan.
2). Absorpsi (absorpation)
Merupakan penerimaan panas yang di konversikan dari energi akustik
oleh adanya penyebaran ultra sonik dalam jaringan. Menurut Michloyitz, 1990 absopsi ultra sonik berkaitan dengan kandungan protein dalam jaringan.

Tissue type Attenuation Protein content
bone 96% per cm 20-25%
cartilago 68% per cm
tendon 59% per cm
skin 39% per cm
blood vessel 32% per cm 15-20%
muscle 24% per cm 10-15%
fat 13% per cm
blood 3% per cm

Beberapa jaringan yang dapat di berikan ultra sonik :
Superficial bone peripheal nerves
Joint capsules myofacial interface
Tendon cells membranes
Scar tissue
Ultra sonik frekwensi tinggi (3 MHz) akan lebih mudah di absorpsi dari pada yang berfrekwensi rendah (1 MHz), (wadsworth, chanmugam, 1988)

3). Penyebaran (scattering)
Merupakan penyebaran secara refleksi maupun refraksi ultra sonik dari permukaan tak beraturan atau inhomogenitas kedalam jaringan.

c. Frekwensi
Frekwensi ultra sonik merupakan jumlah iscilasi gelombang suara yang dicapai dalam waktu satu detik yang dinyatakan dengan megahertz (MHz). Umumnya frekwensi yang di pergunakan dalam terapi ultra sonik adalah 1 dan 3 MHz

d. Intensitas
Merupakan rata-rata energi yang dipancarkan tiap unit area, dan dinyatakan dalam watt per sentimeter persegi (W/cm²). sedangkan power ialah total output dari tranducer yang dinyatakan dalam watt (W).

Total power output (watts)
Intensitas = _________________________
ERA pada transducer (cm²)

Umumnya intensitas untuk terapi ultra sonik ini berkisar antara 0 s.d 5 W/cm². namun yang sering di pergunakan dalam klinik berkisar antara 0,5 s.d 2 W/cm². agar diperhatikan bahwa pemberian ultra sonik dengan intensitas tinggi dapat mengakibatkan terjadinya unstable cavitation ataupun mikrotrauma jaringan.

e. Efek fisiologik dari ultra sonik termal dan implikasi klinisnya
Efek fisiologi
•?????????Meningkatkan extensibilitas colagen dari tendon, kapsul sendi dan scar tissue
•?????????Meningkatkan konduksi syaraf motor maupun sensor dengan meningkatkan ambang rangsang rasa nyeri
•?????????Mempengaruhi aktivitas kontraktil otot rangka, mengurangi aktivitas muscle spindle, mengurangi spasme otot yang secara sekunder menyebabkan nyeri
•?????????Meningkatkan aliran darah

f. Efek fisiologik US non thermal ultrasonik
Efek non thermal ultrasonik terjadi dari gelombang suara berpulsa. Efek ini akan meningkat sejalan dengan peningkatan frekwensi (M Hz) dan intensitasnya.

Umumnya pulsa gelombang ini memiliki rasio 1 : 4 (20%), 1 : 1 (50%), 1 : 9 (10%). Sehingga pemberian ultra sonik berpulsa selama 5 menit dengan rasio 1 : 4 berarti bahwa pasien akan menerima gelombang ultra sonik selama 1¼. efek non thermal ultra sonik di hasilkan oleh vibrasi mekanik menghasilkan :
1) acoustic streming, yakni arus tak langsung yang terjadi pada membran sel
2) cavitation, ada dua macam (a) stable cavitation (b) unstable atau trensient cavitation
3) micromassage, merupakan gerakan oscilator dari sel dan jaringan.

Sehingga efek non termal ultra sonik dapat mengurangi oedem, nyeri dan spasme otot, memperbaiki aliran darah serta menginduksi perbaikan non union bone, regenerasi jaringan dan perbaikan jaringan lunak.
g. Efek fisiologik dari ultra sonik non termal dan implikasi klinisnya :
- menstimulasi pelepasan histamin dari sel mast oleh adanya degranulasi
- stimulasi pelepasan serotonin dari sel darah
- stimulasi pelepasan chemotactic agents dan growth factor dari makrofag
- stimulasi pembentukan kapiler darah baru oleh sel-sel endotel
- stimulasi fibroblast untuk meningkatkan sintetis protein
- meningkatkan kandungan kolagen
- meningkatkan velositas konduksi saraf motor dan sensor yang akan meningkatkan ambang nyeri

h. Implikasi klinik
- mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase awal peradangan
- mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase akhir peradangan
- mempercepat penyusutan luka akibat kurangnya pembentukan scar tissue
- mempercepat penyembuhan luka dengan perbaikan sirkulasi yang memerlukan sintetis colagen
- mempercepat penyembuhan dengan memproduk kolagen yang hilang
- meningkatkan daya lentur jaringan
- mengurangi nyeri

i. Indikasi
1) Kondisi peradangan sub akut dan khronik
2) Kondisi traumatik sub akut dan khronik
3) Adanya jaringan parut atau scar tissue pada kulit sehabis luka operasi atau luka bakar
4) Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum )
5) Kondisi inflamasi khronik

j. Kontra indikasi
Merupakan kontra indikasi terhadap terapi ultra sonik antara lain :
1) penyakit jantung atau penderita dengan alat pacu jantung
2) kehamilan, khususnya pada daerah uterus
3) jaringan lembut : mata, testis, ovarium, otak
4) jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru
5) pasien dengan gangguan sensasi
6) tanda-tanda keganasan atau tumor malignan
7) insufisiensi sirkulasi darah : thrombosis, thromboplebitis atau occlisive occular disease
infeksi akut
9) daerah epiphysis untuk anak-anak dan dewasa

Tujuan Terapi Latihan : “Mobilitas dan Fleksibilitas”


Mobilitas dan fleksibilitas untuk jaringan kontraktil dan non kontraktil serta sendi adalah penting untuk gerakan fungsional normal. Jika gerakan normal terbatas/terhambat karena adanya penyakit atau trauma pada jaringan lunak dan sendi (timbul nyeri, imflamasi atau kelemahan) maka akan terjadi adaptasi pemendekan (tightness) pada jaringan lunak dan sendi, akan mengganggu mobilitas dan fleksibilitas.

Jaringan lunak terdiri atas jaringan kontraktil dan non-kontraktil, yaitu otot, jaringan konnectif dan kulit. Otot memiliki unsur kontraktil dan elastis, dapat memendek ketika berkontraksi dan relax setelah kontraksi serta dapat diulur secara pasif, jika immobile dalam waktu lama maka fleksibilitasnya akan hilang dan terjadi adaptasi pemedekan, dikenal dengan “Kontraktur”.

Untuk mengembalikan fleksibilitas penuh, maka perlu diperhatikan unsur neurofisiologi otot (fungsi muscle spindle dan golgi tendon organ), proses relaksasi dan unsur elastis pasif dari otot, bentuk terapi latihannya adalahnya Pasif/aktif streching, Contract Relax + Streching, Hold rilex + Streching. Jaringan konnektif utamanya tersusun oleh jaringan collagen, akan memanjang secara perlahan jika diulur dan akan beradaptasi memendek jika di immobilisasi, jika terjadi injury (luka) maka selama proses penyembuhan akan terbentuk jaringan konnektif yang padat, disebut “scar”.

Immobilisasi dalam waktu yang lama harus dihindari, untuk mencegah formasi jaringan fibrotik yang yang padat dan kontraktur yang menetap, bentuk terapi latihannya adalah pasif streching dan mobilisasi sendi. Mobilitas atau fleksibilitas normal kulit harus juga dipelihara untuk menghasilkan gerakan normal, ketika terjadi jaringan parut (scar tissue) setelah luka bakar, tergores atau tercabik maka akan berkembang tightness pada kulit dan menyebabkan keterbatasan gerak, bentuk terapi latihannya adalah aktif/pasif exercise lebih awal untuk meminimalkan tightness.

Mobilitas Sendi

Untuk menghasilkan gerakan normal diperlukan kinematik sendi yang sesuai, perlu laxity kapsul yang cukup untuk menghsilkan gerakan normal roll-slide, adanya pemendekan atau kekakuan kapsul sendi akan membatasi gerakan, bentuk terapi latihannya adalah mobilisasi sendi.

Fisioterapi Pada Penyakit Jantung


A. Pengertian

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993) Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria

B.Etiologi dan Patofisiologi

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati. Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.

Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema. Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengn berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif

Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung

C. Gejala

Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup.

Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan. Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut. Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas. Pada awalnya sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitasng hebat. Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung tidur dengan posisi setengah duduk.

D.Diagnosa

Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan:
- denyut nadi yang lemah dan cepat
- tekanan darah menurun
- bunyi jantung abnormal
- pembesaran jantung
- pembengkakan vena leher
- cairan di dalam paru-paru
- pembesaran hati
- penambahan berat badan yang cepat
- pembengkakan perut atau tungkai

Foto rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru.

Kinerja jantung seringkali dinilai melalui pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung)

E. Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah :
- Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
- Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokardium dengan preparat farmakologi, dan
- Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diet dan istirahat.

Terapi Farmakologis :
Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan hrs hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan
Dukungan diet:
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.

Prinsip Penanganan Fisioterapi

Prinsip terapi pada penderita cardiac failure adalah : untuk menghilangkan atau mengurangi penyebap failure dengan :

Mengurangi kebutuhan jantung selama failure (serangan )

Memperbaiki fungsi myocardium.

Mengurangi cairan extraceluler dan volume plasma.

Menghilangkan penyebap mungkin dapat dilakukan dengan cara operasi atau hypertensi dengan obat hipertensi, infeksi paru dengan antibiotik dan fisioterapi dan lain – lain.

Mengurangi kebutuhan Myocardium : memerlukan istirahat dengan kursi yang memakai lengan,cardiac bed dengan kedua tungkai bebas ( tergantung ) atau halflying serta mengurangi ketakutan atau kecemasan dengan banyak tidur .istirahat biasanya diberikan dalam satu periode kira – kira 3 minggu atau sampai udem berkurang..

Relaksasi diajarkan pada pasien yang sangat tegang untuk memperbaiki kemampuannya istirahat.

Diet juga secara hati – hati diatur antara lain : porsi dan cairan pertama kali harus dikurangi Memperbaiki fungsi myocardium : pertama kali dengan memberikan oksigen,agar jaringan otot tidak degenerasi karena kurangnya oksigen.

Latihan akhir yang diberikan adalah aktifitas seperti : keluar bed,berjalan yang mulai jarak pendek dengan langkah lambat lalu ditingkatkan.derajat laytihan klasifikasi jantung mungkin dapat digunakan setelah pulang untuk mencoba meninggkatkan toleransi miocardium dan mencegah pasien menjadi cardiac infalid ( cacat jantung ).

* Chest Infeksi dan collaps paru dapat dicegah dengan memberikan breathing exercise setiap saat dengan pasien dengan pola dan irama nafas normal.

* Batuk efektif harus diberikan yang bersamaan dengan pemberian perubahan posisi dari samping kesamping.Jika otot abdomen lemah, maka batuk yang tidak efektif dibantu dari luar oleh terapis dengan bantuan dorongan tangan.

* Postural Drainage; tidak boleh digunakan bila ada orthopnoe,dyspnoe saat istirahat atau syanosis.Hal ini mungkin dapat diberikan dengan cara modifikasi untuk membantu drainage ( mengalirkan ) sputum pada segmen basal jika ini menyebabkan penyempitan atau sumbatan ,tapi hal ini harus ada persetujuan dari dokter yang merawatnya.,tidak boleh oleh Physiotherapist
* Leg exersise ; diajarkan segera setelah dokter mengijinkannya untuk membantu mencegah Deep Vena thrombosis terjadi

Klasifikasi Okupasi

Okupasi adalah kagiatan, aktifitas atau pekerjaan. Aktivitas okupasi adalah kegiatan fungsional, setiap kegiatan yang melibatkan sumber daya yang terbentuk oleh skill I keterampilan yang dimiliki seseorang.
Skill I keterampilan adalah suatu perilaku yang dipelajari, yang dilakukan guna menyelesaikan suatu/sebagian dari suatu kegiatan okupasional (fungsional). Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk memfungsikan skill dalam tingkat yang sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai kesehatan fisik, psikis maupun sosial. Dengan demikian OT adalah mencakup segala tindakan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan okupasi dari individu serta sumber daya yang dimilikinya.
Klasifikasi okupasi dapat dibagi menjadi 3 yang pokok. Yang ketiganya hanya dapat terlaksana oleh karena adanya 5 komponen skill (keterampilan) yaitu skill motorik, sensorik, kognitif, skill intra personal (psikologis), dan skill interpersonal (sosial).
Klasifikasi okupasi :
1. Kegiatan pameliharaan diri
Yaitu suatu tindakan yang dikerjakan individu secara rutin, untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan dalam lingkungannya, misalnya minum, makan berpakaian, mandi dan lain-lain.
2. Kegiatan produktif
Yaitu suatu kegiatan/tugas yang dikerjakan yang memungkinkan seseorang dapat menghidupi dirinya, keluarganya dan orang lain dengan cara menghasilkan barang atau jasa untuk menunjang kesehatan maupun kesejahteraan, misalnya bertani, pertukangan, buruh, sekretaris, pekerjaan rumah tangga dan lain-lain.
3. Kegiatan mengisi waktu luang
Adalah suatu kegiatan yang di kerjakan untuk tujuan mendapatkan kesenangan, kepuasan atau pembauran selingan, di mana kegiatan tersebut dapat membantu individu mencapai kesehatan maupun kesejahteraannya, misalnya bermain, mengembangkan kesenangan (hobby), berolahraga (bukan professional)dan lain-lain.
Individu dalam melaksanakan kegiatan seperti tersebut di tas dengan baik harus mempunyai kemampuan (potensi) fungsional yang cukup pula sesuai dengan kebutuhan, tergantung dengan apa kegiatan tersebut dan seberapa tingkat kegiatan tersebut harus di laksanakannya.

Occupational Therapy dan Tujuannya


OT adalah suatu tindakan terapi dengan atau melalui suatu aktivitas tertentu, dimana didalam aktivitas tersebut penderita dilibatkan untuk didiagnosa, dievaluasi dan diberi terapi pada masalah yang mengganggu peran fungsionalnya. Gangguan tersebut dapat diakibatkan antara lain karena sakit atau cidera, kelainan emosional, keacacatan sejak lahir ataupun cacat yang diperoleh pada masa pertumbuhan, maupun oleh sebab usia lanjut. OT bertujuan membantu penderita untuk mencapai daya guna mereka secara optimal, pencegahan serta pemeliharaan kesehatan penderita.
Pelayanan OT secara khusus termasuk (tetapi tidak terbatas pada) kegiatan sehari-hari (AKS), splinting, aktivitas sensomotorik, kegiatan-kegiatan khusus yang direncanakan, penyuluhan, pemilihan dan pemakaian alat-alat bantu, latihan-latihan atau exercise untuk meningkatkan daya guna, evaluasi dan latihan pre vocational, serta konsultasi yang berkaitan dengan penyesuaian fisik bagi penderita cacat. Pelayanan OT dapat diberikan secara individual atau kelompok melalui sistem medis, pendidikan dan sosial.
Tujuan OT
Secara singkat tujuan OT adalah sbb:
a. Membantu memungkinkan penderita mencapai fungsi dan daya guna secara optimal dalam kegiatan pemeliharaan diri, kegiatan produktif (kerja) serta kegiatan diwaktu senggang.
b. Mencegah adanya ketimpangan atau hambatan pekerjaan apabila memungkinkan
c. Mendorong dan memotivasi pemeliharaan daya guna okupasional.
Adapun tujuan tersebut diatas dapat diterapkan kepada setiap individu, akan tetapi sebagian besar yang membutuhkan pelayanan OT dapat dikelompokkan sbb:
1. Penderita dengan kelainan fisik, sakit maupun cidera
2. Penderita dengan kelainan emosional
3. Penderita dengan kecacatan sejak lahir maupun developmental
4. Penderita dengan kelainan karena proses usia lanjut
Pelayanan OT seperti tersebut diatas adalah merupakan bagian dari proses penyelesaian masalah yang ada pada sistem pelayanan OT.

Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf pusat adalah otak dan spinal cord (medulla spinalis). Otak terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak. Semua neuron yang berada di kawasan Sistem Saraf Pusat yang menyalurkan impuls motorik disebut dengan Upper Motor Neuron (UMN). Sedangkan Sistem Saraf Tepi (Perifer) adalah saraf spinal dan saraf cranial serta saraf otonom (saraf simpatik dan parasimpatik). Semua neuron yang berada dalam kawasan Sistem Saraf Tepi yang menyalurkan impuls motorik ke sel otot skeletal disebut dengan Lower Motor Neuron (LMN).
Neuron (sel saraf) adalah struktur elemen dasar dari sistem saraf. Neuron merupakan sel yang sangat exitable, yang menerima berita atau informasi dari neuron lainnya atau receptor sensorik. Neuron mempunyai ukuran bentuk dan jumlah percabangan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, axon dari sebuah motor neuron kadang-kadang bisa menjadi sangat panjang dari segmen bawah spinal cord ke otot-otot kaki.
Suatu neuron dapat berhubungan dengan neuron lainnya melalui synaps. Synaps adalah regio kontak khusus diantara neuron-neuron dimana terjadi komunikasi antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Didalam synaps, impuls-impuls dapat terkirim melalui suatu mediator kimiawi (zat transmitter kimiawi) seperti acetilkholin.
Setiap neuron atau serabut saraf ada yang bersifat afferen dan ada yang bersifat efferent. Serabut saraf afferen berfungsi untuk membawa informasi dari receptor-receptor sensorik yang beragam ke Sistem Saraf Pusat, sedangkan serabut saraf efferent berfungsi untuk mengirimkan impuls motorik dari Sistem Saraf Pusat ke otot.
Neuron yang menyalurkan impuls motorik adalah motoneuron. Pada Upper Motor Neuron (UMN) terdapat system atau susunan piramidalis dan extrapiramidalis, berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik.

Terapi Untuk Sprain dan Strain

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.
Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera. Derajat I (ringan) berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot atau ligament. Derajat II (sedang) berupa kerobekan parsial tetapi masih menyambung. Derajat III (berat) berupa kerobekan penuh pada otot dan ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.

Terapi

Cidera derajat I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan fleksibilitas. Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan immobilisasi pada daerah yang cidera. Dan derajat III biasanya dilakukan immobilisasi dan kemungkinan pembedahan unutk mengembalikan fungsinya. Kunci pemulihan adalah evaluasi awal oleh seorang profesional medis. Setelah cedera telah ditentukan, rencana perawatan dapat dikembangkan. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan terkilir dan strain akan sembuh tanpa efek samping jangka panjang.

Terapi Latihan William Fleksion Exercise


William Fleksion Exercise adalah adalah suatu latihan yang ditujukan pada otot fleksor lumbosacral spine khususnya m. abdominalis dan gluteus maksimus.

Tujuan

Menurunkan nyeri dengan cara meningkatkan kekuatan otot abdominal dan lumbosacral serta mengulur back ekstensor.

Petunjuk

Latihan inin harus dilakukan setiap hari dan dihentikan atau tidak boleh dilakukan saat timbul rasa nyeri.

Pelaksanaan

1. Pasien rileks dan comfortable

2. Posisi awal

Pasien tidur terlentang dengan lutut bengkok dan kaki dirapatkan di bed. Lalu kontraksikan otot punggung dengan menekan bed selama 5 detik, kemudian rileks.

Ini diulang selama 10 kali latihan. tempatkan tangan di bawah punggung untuk memastikan punggung pasien datar.

3. Posisi sama dengan latihan pertama, dengan kedua lengan menyilang di dada dan kepala penderita sentuhkan ke dada, angkat hingga bahu meninggalkan bed dan kontraksikan otot perut selama 6 detik atau 6 kali hitungan, lalu rileks. Lakukan latihan sebanyak 10 kali dalam setiap kali pengobatan.

4. Posisi sama dengan no.3, dilakukan dengan mengangkat kedua tungkai dalam posisi lutut bengkok dengan mengangkat kepala dan bahu selama 10 kali setiap 5 detik. Yang penting diperhatikan latihan ketiga dan keempat ini ialah membawa lutut kearah dagu sekuat mungkin sebelum dibantu dengan kedua tangan penderita sampai menyentuh dada.

5. Posisi pasien tidur tengkurap dengan kedua lengan menyangga badan, lalu tarik satu tungkai ke depan dengan fleksi lutut dan hip dan tekan ke bawah, dilakukan 10 kali secara bergantian antara satu tungkai dengan tungkai lainnya.

6. Posisi berdiri/bersandar di tembok badan rapat dengan jarak tumit dari dinding 4-6 inci, kemudian pasien menggeser tungkainya ke depan dengan belakang tetap menempel di tembok dan posisi ini dipertahankan selama 10 detik dan dilakukan secara berulang dan ditingkatkan.

Pelaksanaan Teknik Terapi Latihan R.Mc. Kenzie Exercises

Pelaksanaan Teknik Terapi Latihan R.Mc. Kenzie Exercises

Latihan 1 :

  • Penderita tidur tengkurap, kedua tangan sejajar badan, kepala menoleh ke samping, atur pernapasan dan ikuti dengan relaksasi otot punggung. Posisi ini dipertahankan kira-kira 5 menit, sehingga tercapai relaksasi.

Latihan 2 :

  • Penderita tidur tengkurap bertumpu pada kedua siku, pandangan lurus ke depan, pertahankan posisi kira-kira 5 menit sehingga dirasakan bagian pinggang ke bawah rileks. Latihan ini selalu diikuti latihan 1 pada setiap sessionnya.

Latihan 3:

  • Penderita tidur tengkurap, kedua tangan diletakkan pada posisi seperti push up. Kemudian tangan menekan lantai sehingga siku lurus, badan terangkat ke atas sampai pinggang terasa sebatas rasa sakit, pertahankan selama 1-2 detik dan usahakan pelvis serta kedua tungkai tetap menempel di lantai. Latihan ini efektif untuk terapi saat akut, juga dapat mengurangi ketegangan otot punggung dan mencegah berulangnya sakit pinggang. Setiap kali latihan ulangi 10 kali gerakan dilakukan 4-6 kali sehari. Apabila dalam 1 minggu tidak ada perubahan atau justru sakitnya bertambah maka perlu didiskusikan dengan dokter.

Latihan 4 :

  • Penderita berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada bagian punggung, kemudian badan digerakkan lurus dengan kedua tangan sebagai fiksator, diusahakan kedua lutut dalam posisi lurus, selanjutnya posisikan kembali tegak, latihan dilakukan selama 1-2 detik.

Latihan 5 :

  • Penderita tidur terlentang dengan fleksi sendi paha dan lutut, kemudian dengan kedua lengan, kedua tungkai ditarik kearah dada, kepala tidak perlu diangkat kemudian kembali ke posisi semula. Ulangi 6-8 kali gerakan, lakukan 2-4 kali sehari setiap kali latihan seharusnya diikuti dengan latihan 3.

Latihan 6 :

  • Posisi penderita duduk dipinggir kursi, kepala fleksi kedua tangan diletakkan di atas lutut dengan lurus kemudian secara pelan-pelan pinggang dibuat dalam posisi lordosis yang ekstrem dalam beberapa saat, kemudian ke posisi awal. Kedua telapak kaki menumpu lantai, pandangan lurus ke depan , gerakan badan ke depan dan kedua tangan menyentuh lantai . Kembali lagi pelan-pelan ke posisi semula. Sebagai latihan lebih lanjut gerakan kepala mendekati lantai dan kedua tangan dapat memegang pergelangan kaki. Ulangi setiap 5-6 kali dan 3-4 kali sehari. Latihan ini dilakukan bila latihan 5 dapat dilakukan tanpa sakit dan setiap melakukan latihan ini harus diikuti dengan latihan 3.

Terapi Latihan : Fisioterapi pada PoolTherapy


Fisioterapi pada PoolTherapy

Therapy kolam renang dengan air hangat memberi dampak kebebasan bergerak bagi pasien dan mengurasi rasa sakit.Therapy didalam kolam renang memungkinkan untuk berdiri bebas tanpa pegangan sehingga memilki manfaat tidak terjadi benturan dan tekanan sebagaimana bila dilakukan didarat.Therapy dengan media kolam renang sangatlah banyak manfaatnya pada penderita dengan gangguan muskuloskeletal, therapy dikolam renang tentu berbeda dengan therapy diatas bed/didaratan.

Keuntungan-keuntungan therapy didalam kolam renang selain faktor keunggulan sifat-sifat zat cair itu sendiri seperti pada hukum archimides, hukum pascal, adanya keuntungan yang bersifat psykologis berupa rekreasi dan hiburan sehingga pasien tidak merasa jenuh dan bosan dan tidak merasakan dirinya memiliki gangguan, apalagi apabila kolam renang memiliki suhu temperatur yang bisa dirubah panas atau dingin, dan memiliki mesin turbulensi untuk menyemprotkan air sebagai pemijatan dan rileksasi. Zat cair memiliki sifat-sifat yang unik berbeda dengan jenis zat yang lain. Di bawah ini merupakan penjelasan dasar mengenai hukum pascal dan hukum archimides.

Hukum-hukum Hidrostatika

Hukum Pascal

Hukum Pascal mengatakan bahwa:“tekanan pada suatu titik akan diteruskan kesemua titik lain secara sama”.

Artinya bila tekanan pada suatu titik dalam zat cair ditambah dengan suatu harga, maka tekanan semua titik di tempat lain pada zat cair yang sama akan bertambah dengan harga yang sama pula.

Hukum Archimedes

Salah satu hukum hidrostatika yang lain adalah hukum archimedes yang mengatakan bahwa:“Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan mengalami gaya keatas, yang disebut gaya apung, sebesar berat air yang dipindahkannya”.

Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat diturunkan dari hukum newton juga.Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya =0 dan benda melayang .

Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang

Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka agar balok berada dalam keadaan seimbang,volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada volume balok.Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan sama dengan rapat rapat massa benda.

Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam.

Alat bantu therapy selain kolam renang yang memadai juga adanya pelampung, bisa berupa bola karet, ban dalam mobil, atau gabus besar.

Efek Terapi Ultrasound dan Penerapannya


Efek terapeutik US masih sedang diperdebatkan. Sampai saat ini, masih sangat sedikit bukti untuk menjelaskan bagaimana US bisa menyebabkan efek terapeutik dalam jaringan yang terluka. Namun demikian praktisi di seluruh dunia terus menggunakan modalitas terapi ini sesuai dengan pengalaman pribadi, bukan bukti ilmiah. Berikut adalah sejumlah teori oleh US yang berhubungan dengan efek terapeutik.

Thermal Efek:
Ketika gelombang ultrasonik lulus dari transuder ke dalam kulit yang menyebabkan getaran di sekitar jaringan, terutama yang mengandung kolagen. Getaran yang meningkat ini menyebabkan produksi panas dalam jaringan. Pada kebanyakan kasus, hal ini tidak dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Peningkatan suhu ini dapat menyebabkan peningkatan Ekstensibilitas struktur seperti ligamen, tendon, jaringan parut dan kapsul fibrosa sendi. Selain itu, pemanasan juga dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan kejang otot dan meningkatkan proses penyembuhan.

Efek pada inflamasi dan Proses Perbaikan:
Salah satu manfaat terbesar terapi US yang disampaikan adalah yaitu mengurangi waktu penyembuhan cedera jaringan lunak tertentu.
• US berpikir untuk mempercepat waktu penyembuhan yang normal dari proses peradangan dengan menarik lebih banyak “mast sells” ke lokasi cedera. Ini dapat menyebabkan peningkatan aliran darah yang dapat bermanfaat pada fase sub-akut pada cedera jaringan. US tidak di anjurkan pada cidera dimana peningkatan aliran darah masih berlangsung.
• Ultrasonografi juga dapat merangsang produksi kolagen khususnya komponen protein dalam jaringan lunak seperti tendon dan ligamen. Oleh karena itu US dapat mempercepat fase proliferatif pada penyembuhan jaringan.
• US berpikir untuk meningkatkan ekstensibilitas kolagen dan dapat memiliki efek positif pada fibrosa jaringan parut yang dapat terbentuk setelah cedera.

Penerapan Ultrasound:
• Ultrasound biasanya diterapkan dengan menggunakan transduser yang memancarkan sinar ultrasonik. Bergerak terus menerus dalam kulit sekitar 3-5 menit. Pengobatan dapat diulangi 1-2 kali setiap hari, lebih sering pada kondisi cidera akut dan lebih jarang frekuensinya pada kasus-kasus kronis.
• Dosis Ultrasound dapat bervariasi baik dalam intensitas atau frekuensi. Frekuensi rendah digunakan pada daerah-daerah cidera yang letaknya lebih dalam, sedang frekuensi tinggi digunakan untuk permukaan yang lebih dekat dengan kulit.

Kontraindikasi Untuk Penggunaan:
• pada penyakit jaringan yang abnormal, tekanan darah yang tinggi, tumor yang menyebar di seluruh tubuh.

Jangan gunakan jika pasien menderita dari:
• tumor ganas atau kanker jaringan
• infeksi akut
• Risiko perdarahan
• ischeamic jaringan berat
• ada riwayat trombosis vena
• terkena jaringan saraf
• Kecurigaan terhadap patah tulang
• Jika pasien hamil
• Jangan gunakan di daerah gonad (alat kelamin),

Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Diatermi Gelombang Pendek

Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Diatermi Gelombang Pendek

Jenis teknologi yang telah menunjukkan nilai riil dalam bidang klinis adalah diatermi gelombang pendek. Metode ini berfungsi untuk mengendalikan rasa sakit dan meningkatkan aliran darah ke daerah-daerah otot yang rusak dengan tindakan panas yang sampai ke dalam jaringan (deep heat). Dalam hubungannya dengan obat-obatan berbasis non terapi, diatermi gelombang pendek dapat membantu sejumlah besar pasien dengan berbagai tingkat cedera serta berbagai jenis cedera. Melihat lebih dekat pada praktek kita berharap bahwa diatermi gelombang pendek ini bisa dimasukkan sebagai bagian dari teknologi medis.

Indikasi
Therapeutic Ultrasound begitu fantastis dalam menjangkau wilayah yang sangat spesifik dari tubuh. Namun, ada saat-saat ketika seorang profesional medis akan perlu menjangkau wilayah yang lebih luas dari tubuh. Di antara keuntungan lainnya, diatermi gelombang pendek dapat digunakan untuk menerapkan panas ke daerah tubuh yang jauh lebih luas. Hal ini terutama bermanfaat untuk mengobati masalah otot punggung. Selain dapat mengatasi nyeri punggung yang klasik pada sebagian besar penduduk, diatermi gelombang pendek juga bermanfaat untuk mengobati hal-hal seperti neuritis, tendonitis, dan dari semua jenis permasalahan otot. Bahkan dengan pengaturan alat yang tepat,diatermi ini juga bisa membantu pasien yang menderita osteoarthritis dan rheumatoid arthritis juga. Dalam aplikasi yang lain, bahwa diatermi ini merupakan yang paling sering digunakan dalam terapi cidera olahraga. Hal-hal seperti radang pada siku, bahu, dan lutut dapat diterapi dengan menggunakan diatermi gelombang pendek ini. Demikian juga dengan nyeri punggung bawah, keseleo sendi, dan bahkan pada gangguan sendi-sendi leher.

Kontra Indikasi
Namun demikian, walaupun diatermi gelombang pendek ini berguna pada semua jenis luka dan penyakit umum, ada kasus-kasus tertentu ketika jenis panas ini harus dihindari. Seperti pada wanita yang sedang hamil, orang cacat mental, pada seseorang yang mempunyai tekanan darah yang naik-turun, orang-orang yang menggunakan “pace maker”, dan orang-orang dengan masalah ginjal atau jantung, serta pasien yang sedang demam tinggi.

Singkatnya, mesin diatermi gelombang pendek ini dapat dengan mudah dipindah-pindahkan ke dalam berbagai ruang pemeriksaan atau ruang terapi dan dapat membantu sebagian besar pasien yang berbeda dengan kebutuhan yang unik. Mesin diatermi ini bisa sebagai alternatif pengobatan bagi seseorang yang tidak menghendaki mengkonsumsi obat-obatan medis (baca: kimia), serta dapat dimanfaatkan pada setiap kantor yang mempunyai fasilitas ruang terapi/pengobatan.

Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Gangguan atau kelainan tumbuh kembang anak meliputi gangguan tumbuh dan kembang maupun keduanya. Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses pertumbuhandan perkmbangan dapat berakibat gangguan tumbuh kembang dan cacat.

Beberapa factor resiko dan penyebab gangguan/kelainan tumbuh kembang anak, sbb :
1. Usia ibu terlalu muda (<18>35 tahun) : retardasi mental, mongolism, Klenefelters, Kelainan SP Celah bibir dan langit-langit.
3. Umur ayah terlalu tua : Akhondroplasia, tuli, kelainan SSP.
4. Genetic : Berbagai penyakit herediter, Retardasi mental, Kecenderungan premature/postmatur.
5. Faktor Sosial (kemiskinan) : BBLR, Kelainan bawaan
6. Gizi kurang : BBLR, Retardasi mental, Kerusakan Otak janin
7. Anak Pertama : Gangguan sikap dan perilaku, Berbagai kelainan bawaan, Disfungsi minimal otak.
8. Jarak anak terlalu dekat : Prematuritas, Gangguan psikomotor
9. Ibu perokok : BBLR/janin tumbuh lambat
10. Factor musim dan ras : Spina bifida, polidaktili
11. Infeksi TORCH : Berbagai kelainan bawaan
12. Endokrin/hormone : Hipoglikemia, gigantism, Hipotiroidism
13. Trauma lahir : CP, Retardasi mental
14. Trauma sesudah lahir : CP, Cacat tubuh
15. Infeksi Susunan saraf : Kelumpuhan, retardasu mental, bisu, tuli, buta, dsb.


Oleh Infofisioterapi

Sensori Integrasi

Sensori Integrasi

Sensori integrasi adalah kemampuan untuk mengadopsi atau menyerap informasi melalui sensasi (tactile, gerakan, bau, rasa, penglihatan dan pendengaran) untuk diintegrasikan bersama-sama dengan informasi yang telah didapat sebelumnya, memori dan penegtahuan yang telah disimpan diotak untuk menimbulkan respon yang bermakna atau berarti. Menurut A. Jean Ayres, ada beberapa level sensori integrasi, dimana tiap level dari sensori integrasi berlangsung atau berkembang secara otomatis pada masa kanak-kanak dengan perkembangan normal tetapi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan perilaku tersebut harus dibantu untuk mengalami hal yang sama seperti teman sebayanya.

Level I
Toucing atau sentuhan pada seluruh tubuh, dengan sentuhan dan dekapan membuat anak merasa nyaman, respon sentuhan pada bayi yang berkembang awal adalah pada daerah wajah terutama sekitar mulut, pipi dan dahi. Ketika kita memberikan sentuhan pada daerah pipi bayi akan merespon untuk menoleh dan mencari puting susu ibunya dan selanjutnya bayi akan menghisap. Pada orang sudah terbiasa menggendong bayi, bayi akan merasa nyaman dalam pelukannya,tetapi tidak akan merasa nyaman baginya kalau orang menggendongnya tidak pernah menggendong bayi. Hal tersebut merupakan reaksi atau naluri melindungi tubuhnya. Pada anak yang mengalami gangguan pada sensori integrasinya, gejala awal yang timbul, ia sulit beradaptasi terhadap suhu luar rahim, tidak nyaman dalam semua skap, tidak merespon ketika diberi rangsangan disekitar mulut. Vestibular dan Proprioseptive juga sulit untuk dikerjakan bersama-sama seperti halnya ketika anak mengalami keterlambatan, kurang merespon terhadap rangsangan cahaya dimatanya, ia juga sulit untuk mengontrol kepala untuk tegak. Pada anak normal apabila ada rangsangan cahaya dia akan merespon mengikuti arah cahaya dan posisi kepala akan timbul reflex untuk menegakkan saat digendong bersandar didada ibunya atau saat badan digulingkan untuk mengganti popok.
Tactile, kulit adalah alarm tubuh. Alat tersebut menggambarkan nyaman atau tidaknya tubuh, contohnya saat tubuh melawan gravitasi (tempat tinggi) kalau semua sensori dapat bekerja bersama-sama hal tersebut tidak masalah bagi tubuh dan akan berlaku dimana dia berada dan bergerak secara alamiah.

Level II
Tactile, vestibular dan proprioceptive merupakan suatu susunan bolak balik untuk menstabilkan emosi anak. Jika 3 dasar sensori ini tidak berfungsi secara cepat anak akan kurang peka terhadap lingkungannya. Ada anak yang pendiam kurang merespon dan sangat sulit beradaptasi dengan orang lain. Ada juga anak yang hiperaktif dan semua rangsangan yang diterima oleh telinga, mata sangat cepat memberikan reaksi terhadap tubuhnya. Hal tersebut bukan karena ada masalah dipendengaran atau penglihatan tetapi proses sensorinya yang tidak stabil walau ia sangat aktif, sehingga ia sangat sulit untuk konsentrasinya. Otaknya mengalami kesulitan untuk berfokus pada sesuatu. Hal tersebut menyebabkan sulit untuk koordinasi dan motor planningnya mengalami gangguan pada analisa tugasnya.

Diagnosis dan Pengobatan Pada Penyakit Varises Vena

Diagnosis dan Pengobatan Pada Penyakit Varises Vena

Defenisi
Varises Vena (vena varikosa) adalah pelebaran vena permukaan di tungkai.

Penyebab
Penyebab pasti dari varises vena tidak diketahui, tetapi kemungkinan penyebabnya adalah suatu kelemahan pada dinding vena permukaan. Lama-lama kelemahan ini menyebabkan vena kehilangan kelenturannya. Vena akan meregang dan menjadi lebih panjang dan lebih lebar. Untuk menyesuaikan dengan ruangnya yang normal, vena yang memanjang ini menjadi berliku-liku dan jika menyebabkan penonjolan di kulit yang menutupinya, akan tampak gambaran yang menyerupai ular. Pelebaran vena menyebabkan terpisahnya daun-daun katup. Sebagai akibatnya, jika penderita berdiri, vena dengan cepat akan terisi oleh darah dan vena berdinding tipis yang berliku-liku ini akan semakin melebar. Pelebaran vena juga mempengaruhi beberapa vena yang berhubungan, yang dalam keadaan normal mengalirkan darah hanya dari vena permukaan ke vena dalam. Jika katup-katup pada vena tersebut gagal, maka pada saat otot menekan vena dalam, darah akan menyembur kembali ke dalam vena permukaan, sehingga vena permukaan menjadi lebih teregang.

Gejala
Selain tidak enak dilihat, varise vena sering terasa sakit dan menyebabkan kaki mudah lelah. Tetapi banyak juga penderita yang tidak merasakan nyeri, meskipun venanya sangat melebar. Tungkai bagian bawah dan pergelangan kaki bisa terasa gatal, terutama jika tungkai dalam keadaan hangat (setelah menggunakan kaos kaki atau stoking). Rasa gatal menyebabkan penderita menggaruk dan menyebabkan kulit tampak kemerahan atau timbul ruam. Hal ini sering disalah-artikan sebagai kulit yang kering. Gejala yang terjadi pada varises yang sedang berkembang kadang lebih buruk daripada gejala pada vena yang telah sepenuhnya teregang.

Komplikasi

Hanya sebagian kecil penderita yang memiliki komplikasi, yaitu berupa:
• Dermatitis, menyebabkan ruam kemerahan, bersisik dan terasa gatal atau daerah kecoklatan; biasanya pada bagian dalam tungkai, diatas pergelangan kaki.
Penggarukan atau luka kecil bisa menyebabkan terbentuknya ulkus (borok) yang terasa nyeri dan tidak sembuh-sembuh.
• Flebitis, bisa terjadi secara spontan atau setelah suatu cedera; biasanya menimbulkan nyeri tetapi tidak berbahaya.
• Perdarahan.
Jika kulit diatas varises sangat tipis, cedera ringan (terutama karena penggarukan atau pencukuran) bisa menyebabkan perdarahan. Perdarahan juga bisa berasal dari borok.

Diagnosa
Varises vena biasanya dapat terlihat sebagai penonjolan dibawah kulit, tetapi gejalanya mungkin saja timbul sebelum vena terlihat dari luar. Jika varises belum terlihat, dilakukan peminjatan tungkai untuk menentukan beratnya penyakit ini. Rontgen atau USG dilakukan untuk menilai fungsi dari vena dalam. Pemeriksaan ini biasanya hanya dilakukan jika perubahan di kulit menunjukkan adanya kelainan fungsi dari vena dalam atau jika pergelangan kaki penderita bengkak karena edema (penimbunan carian di dalam jaringan dibawah kulit). Varisesnya sendiri tidak menyebabkan edema.

Pengobatan
Karena varises vena tidak dapat disembuhkan, pengobatan terutama ditujukan untuk mengurangi gejala, memperbaiki penampilan dan mencegah komplikasi. Mengangkat kaki bisa mengurangi gejala tetapi tidak dapat mencegah varises vena. Varises vena yang timbul selama kehamilan biasanya akan membaik dalam waktu 2-3 minggu setelah melahirkan. Stoking elastis bekerja dengan cara menekan vena dan mencegah peregangan dan perlukaan pada vena. Penderita yang tidak ingin menjalani pembedahan atau terapi suntikan atau penderita yang memiliki masalah medis sehingga tidak boleh menjalani pembedahan maupun terapi suntikan, bisa menggunakan stoking elastis ini.

Pembedahan

Tujuan dari pembedahan adalah untuk mengangkat sebanyak mungkin varises vena. Vena superfisial yang paling besar adalah vena safena magna, yang berjalan mulai dari pergelangan kaki sampai selangkangan, dimana vena ini bergabung dengan vena dalam. Vena safena dapat diangkat melalui prosedur yang disebut stripping. Vena permukaan memiliki peran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan vena dalam, karena itu pengangkatan vena permukaan tidak mengganggu sirkulasi darah selama vena dalam berfungsi dengan normal.

Terapi suntikan
Pada terapi suntikan, vena ditutup, sehingga tidak ada darah yang dapat melewatinya. Suatu larutan disuntikkan untuk mengiritasi vena dan menyebabkan terbentuknya gumpalan (trombus. Pada dasarnya prosedur ini menyebabkan flebitis permukaan yang tidak berbahaya. Penyembuhan trombus menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang akan menyumbat vena. Tetapi trombus mungkin saja terlarut dan varises vena kembali terbuka. Jika diameter dari vena yang disuntik ini bisa berkurang melalui penekanan oleh teknik pembebatan khusus, maka ukuran trombus bisa diperkecil sehingga lebih mungkin terbentuk jaringan parut, seperti yang diharapkan. Keuntungan lain dari pembebatan adalah bahwa penekanan yang tepat bisa menghilangkan nyeri, yang biasanya menyertai flebitis permukaan. Terapi suntikan biasanya dilakukan hanya jika varises kembali timbul setelah pembedahan atau jika penderita menginginkan tungkainya tampak cantik.

ischialgia

ischialgia

Nyeri tungkai bawah yang sifatnya radikuler. Terjadi akibat proses calsifikasi (osteofit) pada L4-L5 menimbulkan kompressi pada akar saraf (radiks saraf) L4-L5, yang keluar dari foramina intervertebralis. Kompresi tersebut yang menimbulkan nyeri radikulopati sepanjang saraf ischiadicus sampai ketungkai bawah. Iritasi saraf sensoris (N. Ischiadicus) tersebut akan lebih terasa pada peregangan dari saraf tersebut saat tungkai lurus (ekstensi) sehungga sering penderitanya menfleksikan tungkai agar tidak sakit. Selain itu, nyeri kadang diikuti dengan adanya kelemahan otot-otot seperti m. gastrocnemius, Mm. hamstring, Tibialis posterior atau fleksor digitorum dan penurunan reflex APR.

d. Keterbatasan sendi
4. Pemeriksaan Fisioterapi ?
5. Diagnosa fisioterapi dan problematic FT?
6. Program Fisioterapi
- Tujuan jangka pendek :
a. Mereduksi/menormalisir saraf sensorik dalam rangka mengurangi NPB dan Ischialgia
b. Meningkatkan, memelihara dan memobilisasi pergerakan pada region lumbosakral
c. membebaskan kompresi akar saraf L4-L5
d. Peningkatan/maintenance pada tungkai yang lemah
- Tujuan jangka panjang
Mengembalikan dan mempertahankan aktivitas fungsional sehari-hari yang dapat dilakukan oleh penderita.
7. Intervensi FT
a. HFC (CEM) 27 MHz
- Koplanar : L4, 5, G. Maximus
b. Interferensi :
- Paravertebral : AMF 75-100 Hz, spectrum lebar, mode : 1/1
c. Terapi latihan :
- William Fleksion exercise (sebatas keadaan pasien)
- resisted exercise
d. Proper Body Mechanic
e. Latihan aktivitas fungsional
f. Home program

Proses Patofisiologi Stroke


Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;

1.Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2.Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.

Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
1.Stroke hemisfer Kanan
aa.Hemiparese sebelah kiri tubuh.
bb.Penilaian buruk
c.Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut.
2.Stroke yang Hemifer kiri
a.Mengalami hemiparese kanan
b.Perilaku lambat dan sangat hati-hati
c.Kelainan bidang pandang sebelah kanan.
d.Disfagia global
e.Afasia
f.Mudah frustasi

Sumber : http://www.infofisioterapi.com/proses-patofisiologi-stroke.html#more-2863

Jumat, 21 Januari 2011

SWD LTD-CD31 (alat fisioterapi)





SWD LTD-CD31
Hanya Rp.

Spesifikasi :
  • LDT-CD31 made in China
  • Frequency : 40,68 Mhz
  • Power Supply : 220 V + 22 V ; 50 Hz + 1 Hz
  • Power Comsuption : 700 W
  • Maximum Output Power : 220 W
  • Time Control : Continous adjustment in 60 min
  • Weight : 50 Kg
  • Dimension : 470 x 320 x 800 cm


Kategori alat fisioterapi