Senin, 05 September 2011

Blassed Thistle Bermanfaat Untuk Meningkatkan Produksi ASI

Kalbe.co.id - Seorang ibu yang baru saja melahirkan tentu ingin memberikan ASI (Air susu ibu) ekslusif untuk bayi/anaknya hingga usia dua tahun. Namun, seringkali para wanita baru menyadarinya ketika bayi tersebut lahir. Produksi ASI didalam tubuh wanita dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk gaya hidup. Beberapa hal lain yang akan menambah produksi ASI termasuk: cukup tidur, banyak minum air serta rangsangan dari bayi untuk menghisap ASI dsb.

Produksi ASI ditentukan oleh aktivasi hormon prolaktin di kelenjar otak, sehingga cukup penting mengkonsumsi makan yang beragam & bervariasi dalam memastikan kecukupan zat gizi terutama zat gizi mikro. Konsumsi sayur-sayuran yang mengandung galactogogue (laktagogum), dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI, seperti contoh yang dikenal di Indonesia adalah daun katuk serta daun torbangun. Di luar negeri, ada beberapa jenis herbal/ tanaman obat yang dipercaya mempunyai khasiat dalam meningkatkan produksi dan pengeluaran ASI antara lain: Fenugreek, Blessed Thistle, Alfafa, dsb.

Blessed thistle dengan nama latin Cnicus benedictus L. [Asteraceae] merupakan salah satu yang biasanya dipergunakan sebagai galactagogues. Tanaman ini dapat dikombinasi juga dengan bahan lainnya seperti Red raspberry, alfalfa, marshmallow, dan fenugreek. Blessed Thistle merupakan rumput yang hidup di dataran Mediterranean , namun kadang ditemukan juga di Amerika Utara. Tanaman ini dapat dikeringkan dan digunakan sebagai galaktagogum; Diberikan dalam bentuk kapsul atau sebagai teh. Adapun mekanisme kerja sebagai galactogogue yang dipercayai dengan menstimulasi aliran darah menuju ke kelenjar payudara dan dapat memperkaya aliran ASI. Monograf dari Komisi E di Jerman, merekomendasikan dosis 4–6 gram blessed thistle per hari.


Bookmark and Share

Fakta Baru Manfaat Asam Folat Terhadap NTD (Neural Tube Defect)

Kalbe.co.id - Neural Tube Defects (NTD) atau defek selubung saraf (neural) dikenal juga sebagai Spina bifida dan Anencephalus, adalah keadaan abnormalitas susunan saraf pusat (SSP) berat, dan kasus-kasus ini terjadi akibat perkembangan tidak normal selama pembentukan gestasional, terutama pada usia kehamilan 3-4 minggu. Penelitian dan studi yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa pemberian asam folat dapat mengurangi insidensi serta rekurensi dari defek selubung neural ini.

Menurut peneliti, Dr. Roger E. Stevenson dan koleganya dari Pusat Genetika Greenwood, South Carolina, angka kejadian (rate) spina bifida dan cacat lahir turun setelah wanita hamil mendapatkan asam folat dan hal ini menambah bukti akan manfaat vitamin B selama kehamilan. Sejak tahun 1998 di Amerika Serikat, Para produsen/pembuat dan pabrik menambahkan fortikasi asam folat terhadap tepung, roti, sereal, pasta, makanan jagung serta produk biji-bijian/padi lainnya. Berdasarkan studi baru, yang dilaporkan dalam Journal of Pediatrics 2011 secara online, para peneliti melihat angka kejadian NTD di South Carolina dari 1992 sampai 2009.

Berdasarkan data yang ada, bayi-bayi yang dilahirkan di Negara bagian South Carolina mempunyai tingkat kejadian NTD yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata negara bagian lain di Amerika Serikat. Namun selama periode studi, rate "isolasi" NTD (tidak digabung dengan defek lahir pada bayi lainnya) turun dari 1,4 setiap 1000 kelahiran dan kematian fetus menjadi sekitar 0,6 per 1000. Dan data dari tahun 1998 sampai 2005, rerata kejadian spina bifida dan anencephalus yang sering terdapat pada NTD adalah 0,69 per 100.000. Hal ini sesuai dengan rerata keseluruhan secara nasional di Amerika Serikat.

Berdasarkan hasil interview dengan para wanita di Negara bagian South Carolina yang berusia antara 15 - 45 selama periode studi , persentase wanita yang mendapatkan asam folat meningkat dari 8 % menjadi 35 % dari keadaan regular. Meskipun peneliti tidak menanyakan kepada para wanita tersebut lebih lanjut berapa banyak asam folat yang mereka dapatkan, namun para ahli merekomendasikan bahwa para wanita hamil menerima 400 mcg asam folat, berasal dari multivitamin atau makanan yang terfortifikasi Penambahan folat, dalam bentuk alami dapat ditemukan pada beberapa bahan makanan seperti: bayam, asparagus, kacang dan polong yang dikeringkan serta jus jeruk. Walaupun temuan baru ini bersifat positif, masih terdapat ruang untuk menelitilebih lanjut hal ini menurut Dr. Stevenson beserta teamnya. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa sampai akhir periode studi, hanya 35 % wanita yang mendapatkan asam folat, dari 2/3 populasi yang tahu dengan pasti serta awareness terhadap manfaat vitamin B pada khususnya. Obesitas dan diabetes tipe 2 pada ibu merupakan faktor kedua lainnya yang berkaitan dengan rerata risiko yang lebih tinggi terhadap NTD.

Pada studi ini, peningkatan pengunaan asam folat tidak mengeliminasi risiko yang berhubungan dengan diabetes, sehingga menurut Dr. Stevenson dan teamnya, masih perlu pertimbangan lebih lanjut untuk melihat dampak pemberian asam folat terhadap pencegahan diabetes pada wanita usia reproduktif. Mereka menambahkan bahwa studi selanjutnya diperlukan untuk melihat apakah asam folat yang lebih tinggi, diperlukan bagi wanita dengan diabetes.

Konsumsi Kopi Yang Berlebihan Pada Wanita Mungkin Meningkatkan Terjadinya Inkontinensia

Kalbe.co.id - Sebuah penelitian baru menunjukkan, wanita yang banyak mengkonsumsi minuman berkafein mungkin memiliki risiko sedikit peningkatan inkontinensia. Hasil ini menambah bukti yang bertentangan tentang apakah kafein memperburuk kondisi umum. Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 65.000 perempuan AS, merupakan orang-orang dengan asupan kafein tertinggi - kira-kira setara dengan empat atau lebih cangkir kopi per hari atau 10 kaleng soda kurang berkafein untuk terjadi inkontinensia setelah lebih dari 4 tahun, dibandingkan dengan perempuan yang mendapat sedikit kafein, mereka dengan konsumsi kafein yang tinggi, 19% lebih besar terjadi inkontinesia dibandingkan dengan kontrol (minimal seminggu sekali).

Penelitian ini tidak menemukan peningkatan risiko antara perempuan mengkonsumsi 299 mg kafein - setara dengan sekitar tiga cangkir kopi - atau kurang per hari. Dalam kelompok yang paling tinggi kafein yang dikonsumsi 450 mg atau lebih per hari. Temuan ini dilaporkan 18 Maret online dalam Journal of Urology, tidak membuktikan bahwa kafein menyebabkan masalah terhadap kontrol kandung perempuan. Dan jika kafein yang harus disalahkan, hanya mungkin pada jumlah yang sangat tinggi.

"Kami hanya mengamati peningkatan risiko inkontinensia antara perempuan dengan intake kafein tertinggi - yaitu, wanita yang mengkonsumsi sekitar empat atau lebih cangkir kopi per hari," Dr Mary K. Townsend, salah satu peneliti. "Kami tidak menemukan peningkatan risiko antara perempuan dengan intake kafein lebih rendah," kata Dr Townsend, dari Harvard Medical School di Boston. Dia mengatakan terlalu dini untuk memberikan saran spesifik pada perempuan asupan kafein. Penelitian lebih banyak diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil saat ini.

Testosteron Gel Mungkin Memperbaiki Resistensi Insulin Pada Pasien DM

Kalbe.co.id - Resistensi insulin merupakan keadaan dimana tubuh tidak mengetahui kegunaan insulin dalam memproses gula darah. Para peneliti menemukan bahwa pemberian testosteron gel mengurangi masalah ini pada pria Diabetes yang memiliki kadar rendah testosteron pada saat dimulai, atau pria serupa tanpa diabetes namun memiliki risiko terhadap faktor penyakit jantung yang disebut sindrom metabolik.Testosteron gel ini pula menurunkan kadar kolesterol dan mempunyai dampak terhadap fungsi seksual.

Sebagaimana yang ditulis dalam jurnal Diabetes Care, Dr. T. Hugh Jones & rekannya dari RS Barnsley di Inggris menyebutkan temuan bahwa pengobatan supportive dengan testosterone pada pria dengan testosterone rendah & type 2 diabetes atau sindroma metabolik. Dari studi ini, para peneliti melakukan test terhadap testosterone gel dibandingkan dengan gel plasebo terhadap 220 subyek paruh usia dan pria yang lebih tua, dimana para pria tersebut menggunakan gel setiap hari selama setahun. Resistensi insulin turun 16 % pada pria yang menggunakan testosteron gel, meskipun pada kenyataan mereka juga mengonsumsi metformin, obat yang membantu mengontrol kadar gula darah.

Walaupun tidak terdapat perbedaan secara keseluruhan antara gel plasebo dan testosteron dalam pengendalian gula darah, sebagai sasaran utama dalam perawatan diabetes. Selain hal tersebut para peneliti juga menemukan bahwa fungsi seksual umumnya akan bertambah baik dengan pemberian testosterone gel, meskipun tidak terdapat perbedaan dalam disfungsi ereksi (erectile dysfunction) atau kepuasan seksual keseluruhan. Efek samping hampir serupa antara gel plasebo dan testosteron gel,

Hal tersebut menujukkan penggunaan testosteron gel mungkin memberikan manfaat untuk perbaikan resistensi isnulin disamping memperbaiki disfungsi ereksi pada pria

Atomoxetine Mengurangi Kecanduan Rokok

Kalbe.co.id - Pemberian atomoxetine mengurangi kecanduan akan merokok. Kesimpulan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Riju Ray dan rekan dari Department of Pharmacology, University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat dan telah dipublikasikan dalam the Journal of Psychopharmacology.

Dalam praktik klinik, atomoxetine digunakan sebagai terapi bagi pasien-pasien ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder). Dalam penelitian yang pernah dilakukan, pemberian atomoxetine sekali sehari bermanfaat sebagai terapi bagi pasien ADHD dewasa dan anak-anak. Namun bukti-bukti terkini memperlihatkan bahwa merokok adalah masalah yang nyata pada pasien-pasien dengan ADHD. Pasien-pasien dengan ADHD memiliki angka kejadian merokok yang lebih tinggi, merokok dengan jumlah yang lebih banyak dan merokok dalam umur yang lebih muda. Apakah terapi atomoxetine dapat mengurangi kecanduan merokok pada pasien dengan ADHD belum diketahui dengan pasti.

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Ray dan rekan merupakan penelitian tersamar ganda, dengan metode silang untuk mengetahui apakah pemberian atomoxetie dapat mengurangi kecanduan merokok pada perokok. Penelitian ini dilibatkan 50 perokok, dengan intensitas merokok (≥ 15 batang rokok sehari). Peserta penelitian ini menjalani 2 sesi: sesi pertama di mana para perokok dipersilakan untuk merokok seperti biasanya, dan dilanjutkan dengan sesi kedua, yaitu sesi dengan pantang rokok dan terapi dengan atomoxetine 1,2 mg/ kg, atau plasebo selama 7 hari. Selama sesi kedua dilakukan pemeriksaan laboratorium 2 kali. Selama dilakukannya pemeriksaan laboratorium, para peserta penelitian mengikuti pemeriksaan gejala pantang nikotin dan menjalani tugas-tugas yang berhubungan dengan kemampuan neurokognitif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terapi dengan atomoxetine berhubungan dengan penurunan gejala pantang nikotin lebih baik dibandingkan dengan plasebo. Selain itu pemberian atomoxetine juga disertai dengan penurunan bermakna kecanduan akan rokok. Namun para ahli juga menemukan bahwa atomoxetine tidak memiliki efek terhadap tugas-tugas kognitif yang dilakukan selama penelitian berlangsung.

Para ahli dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian atomoxetine mengurangi kecanduan akan merokok. Hasil penelitian ini sangat penting, dan diharapkan agar pemberian atomoxetine dapat bermanfaat mengurangi gejala ADHD sekaligus mengurangi kecanduan merokok pada populasi pasien-pasien penderita ADHD. Penelitian ini perlu dikonfirmasi dengan penelitian yang lebih besar dengan jumlah pasien yang lebih banyak.

Kombinasi Omega-3 Dan Glukosamin Bermanfaat Untuk Kesehatan Sendi

Kalbe.co.id - Dengan menggabungkan asam lemak omega 3 dengan glukosamin akan dapat menghasilkan perbaikan di kesehatan sendi dibandingkan dengan glukosamin saja. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Advanced in Therapy adalah uji klinis pertama yang dilakukan untuk mengetahui tentang efek kombinasi glukosamin/asam lemak omega 3 pada orang yang menderita osteoarthritis (OA).

Diperkirakan sekitar tujuh juta orang di Inggris menderita masalah kesehatan sendi dalam jangka panjang. Sekitar 206 juta hari kerja hilang karena OA dan ini setara dengan hilangnya £18 miliar produktifitas. Dari 177 pasien OA yang menggunakan glukosamin dan asam lemak omega 3, sebanyak 27%nya lebih merespon pengobatan dibandingkan dengan glukosamin saja, dan perbedaannya bermakna secara statistik. Selama ini, glukosamin yang ada di pasaran diekstraksi dari kerang, udang dan kepiting. Bahan bakunya juga sering dikombinasikan dengan kondroitin sulfat yang diektraksi dari kartilago binatang misalnya dari ikan hiu.

Dr. Gruenwald merekrut 177 pasien dengan OA pinggul dan lutut derajat sedang-berat dan secara acak diberikan glukosamin sulfat atau glukosamin yang dikombinasikan dengan asam lemak omega 3. Pada penelitian ini tidak digunakan plasebo dengan alasan etis, karena subyek penelitian yang dilibatkan adalah mereka yang menderita OA dengan derajat sedang-berat. Setelah diterapi selama 26 minggu, peneliti menguji tingkat nyeri dengan menggunakan skor Western Ontario and McMaster Universities Arthrosis index (WOMAC). Perbedaan bermakna terlihat pada saat kriteria perespon dinaikan hingga setidaknya penurunan nyeri sebesar 80 digunakan. Sesungguhnya, obat kombinasi menurunkan kekakuan pada pagi hari, nyeri pada pinggul dan lutut antara 48,5 dan 55,6% dibandingkan penggunaan obat yang hanya mengandung glukosamin saja yang sebesar 41,7 hingga 55,3%. Dengan hasil ini peneliti menyimpulkan bahwa asam lemak omega 3 menghambat proses inflamasi pada OA, sementara glukosamin sulfat memperbaiki substansi kartilago yang hilang.

Hasil penelitian Burn3 sebelumnya juga mendukung hasil penelitian Gruenwald ini. Burn et al. menemukan hasil bahwa dengan pemberian asam lemak omega 3 ternyata dapat menurunkan rasio asam arakhidonat dengan eicosapentaenoic acid pada pasien sehat dan pasien dengan penyakit pembuluh koroner yang menetap (stable CAD)

Minum Menggunakan Botol Berkepanjangan Meningkatkan Risiko Obesitas Pada Anak

Kalbe.co.id - Minum menggunakan botol selama bayi adalah perilaku yang dapat berkontribusi pada obesitas dengan mendorong anak untuk mengkonsumsi kalori berlebihan. Menggunakan botol berkepanjangan didefinisikan sebagai menggunakan botol lebih dari 12 sampai 14 bulan dan dapat termasuk penggunaan botol untuk memberi makan cairan saat makan dan makanan ringan, memberikan botol pada saat anak tidur ataupun keduannya. Penggunaan botol berkepanjangan diduga menjadi salah satu penyebab potensial dari kedua deficiency besi dan caries pada anak usia dini. American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa orang tua harusnya menghindari pemberian botol terhadap anak-anak mereka saat tidur yang berisi apa saja selain air sebagai strategi untuk mencegah karies anak usia dini, tetapi rekomendasi ini tidak disebutkan sebagai strategi pencegahan obesitas.

Beberapa studi telah meneliti hubungan antara penggunaan botol yang berkepanjangan dan risiko obesitas pada anak-anak. Satu studi menemukan hubungan yang positif antara penggunaan botol waktu tidur dan obesitas pada anak 3 tahun yang tinggal di 20 kota besar di USA. Salah satu studi yang realtif baru tentang penggunaan botol berhubungan dengan obesitas adalah studi yang dilakukan oleh Rachel A., dkk dan telah dipublikasikan dalam Journal of Pediatric tahun 2011. Studi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan botol susu syang lama dengan risiko obesitas pada usia 5,5 tahun in imelibatkan total subyek sebanyak 6750 anak yang lahir di USA pada tahun 2001, sedangkan parameter yang dinilai adalah BMI (body mass index presentil ke-95) pada usia 5,5 tahun dan laporan penggunaan botol dari orang tua selama 24 bulan.

Dari studi tersebut diperoleh data prevalensi obesitas pada usia 5,5 tahun adalah 17,6% pada anak yang tidak menggunakan botal dan 22,3% anak menggunakan botol selama 24 bulan. Lama menggunakan botol dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas pada usia 5,5 tahun sebesar 1,33 kali dibandingkan dengan kontrol yang tidak menggunakan botol jangka panjang, setelah variabel potensial pengganggu dikontrol (karakteristik sosiodemografi, obesitas ibu, ibu merokok, menyusui, usia pengenalan padat makanan, dan status berat badan anak saat lahir dan pada usia 9 bulan).

Kesimpulan, berkepanjangan menggunakan botol dikaitkan dengan obesitas usia 5,5 tahun. Menghindari perilaku ini dapat membantu mencegah obesitas dini.

Diet Rendah Karbohidrat Mungkin Memperbaiki Kondisi Jerawat

Kalbe.co.id - Diet dengan kadar karbohidrat yang rendah dapat untuk meningkatkan penurunan berat badan. Diet dengan rendah karbohidrat ini juga dapat memperbaiki jerawat. Meskipun beberapa studi yang dilakukan pada topik ini memberikan hasil yang beragam, namun secara teoritis, orang dengan jerawat mungkin memiliki hiperinsulinemia dan makanan yang rendah indeks glikemik (GI) dapat berkontribusi pada kontrol hormonal terhadap jerawat. Hal ini disampaikan Profesor Alan R. Shalita, ketua departemen the department of dermatology at SUNY Downstate Medical Center di New York.

Hyperinsulinemia ditandai adanya kelebihan insulin dalam darah, dan makanan dengan indeks glikemik rendah, yang dapat dilakukan dengan diet rendah karbohidrat dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Selain rendah karbohidrat, konsumsi susu yang terukur juga diharapkan memperbaiki kondisi jerawat

Untuk jerawat yang berat, jerawat dengan jaringan parut, terapi standar adalah isotretinoin, suatu bentuk vitamin A. Perawatan laser tertentu dapat membantu untuk bekas jerawat dan jerawat, dan untuk remaja dan orang-orang dengan jerawat parah.Pilihan pengobatan lainnya untuk jerawat termasuk kontrasepsi oral tertentu dan antibiotik oral atau topikal.

Minggu, 04 September 2011

Penggunaan Telepon Seluler Mempengaruhi Metabolisme Glukosa Sel OtakPenggunaan Telepon Seluler Mempengaruhi Metabolisme Glukosa Sel Otak

Oleh: KTW dan alat fisioterapi

Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam the Journal of the American Medical Association menunjukkan, penggunaan ponsel sedikitnya 50 menit setiap kali, ternyata mampu mempengaruhi metabolisme glukosa otak khususnya bagian yang paling dekat antena telepon. Peneliti menggunakan tomography emisi positron (PET) selama dalam menggunakan telepon seluler dalam posisi on dan selanjutnya dalam kondisi mati, dan menemukan bahwa meskipun metabolisme seluruh otak tidak terpengaruh, namun terjadi peningkatan metabolisme pada sel-sel otak daerah dari dan sekitar mata serta otak daerahpelipis pada saat telepon seluler menyala, yaitu daerah yang dekat dengan tempat antena telepon di daerah kepala.

Namun tidak diketahui apa arti klinis dari temuan ini, baik yang berhubungan dengan potensial efek terapi dari jenis teknologi ini tetapi juga onsekuensi negatif dari paparan telepon seluler, sperti yang disampaikan peneliti utama, Dr. Nora D. Volkow, dari National Institute on Drug Abuse di Bethesda, Maryland.

Untuk sementara, direkomendasikan menggunakan perangkat hands-free atau mode speaker-telepon untuk menghindari kontak langsung dari telepon seluler dengan kepala. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jika telepon seluler diletakkan di kaki atau lebih jauh sangat tidak mungkin

untuk memiliki efek seperti itu. Jadi ada beberapa solusi yang mudah yang tidak ada biaya apapun bagi mereka yang ingin mempergunakan secara aman. Hal yang mungkin sangat diperlukan adalah bila digunakan oleh anak-anak dan remaja yang jaringan saraf masih berkembang, dan merupakan populasi yang memulai menggunakan telepon seluler pada kehidupannya dan akan terpapar sampai tahun-tahun mendatang, Dr. Volkow menambahkan.



GSE (Grape seed extract) Memperbaiki Perlemakan Hati

Oleh: HLA & alat fisioterapi

Perlemakan hati nonalkoholik dijumpai pada 10-24% dari populasi di berbagai negara dan dapat berkembang menjadi penyakit hati tahap akhir (sirosis). Abnormalitas nilai laboratorium yang sering terlihat adalah peningkatan kadar aspartate aminotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT) dalam serum.Meningkatnya kadar asam lemak intrahepatik merupakan sumber stres oksidatif yang akan berperan dalam perkembangan steatosis menjadi steatohepatitis yang akhirnya menjadi sirosis. Belum terdapat terapi standar untuk perlemakan hati non-alkoholik, dan antioksidan diperkirakan bermanfaat.

Terapi yang dapat diberikan pada perlemakan hati non-alkoholik antara lain dari perubahan diet dan penurunan berat badan, insulin sensitizer (metformin), dan ursodeoxycholic acid & obat penurun kadar lipid. Antioksidan pada studi hewan coba, memberikan perlindungan terhadap kerusakan lebih lanjut dari perlemakan hati.

Grape seed extract/GSE (ekstrak biji anggur) dapat menurunkan tingkat keparahan kerusakan organ yang diinduksi oleh iskemik/ reperfusi, menghambat infiltrasi neutrofil, dan mengatur pelepasan mediator inflamasi. Polifenol yang terkandung dalam benih anggur adalah resveratrol, yang dapat mengganggu pertumbuhan dan proliferasi sel kanker serta menginduksi apoptosis.

Studi yang dilakukan Khoshbaten dan rekan-rekan, yang dipublikasikan dalam The Saudi Journal of Gastroenterology tahun 2010, yang membandingkan pemberian GSE dan vitamin C pada pasien dewasa dengan perlemakan hati non-alkoholik. Sebanyak 15 pasien pada masing-masing kelompok mendapat vitamin C 1000 mg tiap 12 jam atau GSE 100 mg. Pasien pada kedua kelompok terdiri dari pasien dengan diabetes melitus, hipertensi, dan hiperlipidemia. Pasien selanjutnya diikutipada bulan pertama, kedua, dan ketiga.

Hasil dari studi ini antara lain: tidak terdapat perbedaan yang bermakna mengenai kadar AST dan alkaline phosphatase (ALP) selama 3 bulan. Namun, kadar ALT menurun secara bermakna pada kelompok GSE. Ukuran hati, limpa, dan vena porta juga dinilai dan tidak menunjukkan perubahan yang bermakan dari ketiga organ tersebut pada kedua kelompok. Kelompok yang mendapat GSE mengalami perbaikan dalam derajat steatosis. Tidak dilaporkan efek samping dari studi ini.

Efek terapetik GSE pada studi ini adalah penurunan kadar ALT dalam serum yang mana ALT nampaknya merupakan parameter yang paling penting dari fungsi hati. Masih belum jelas pula yang mana yang mengalami perbaikan lebih dulu (parameter biokimia yaitu penurunan ALT atau steatosis secara histologis yaitu penurunan derajat steatosis). Namun, semakin lama terapinya, semakin baik pula hasilnya. Dan dari studi ini peneliti menyimpulkan adalah bahwa pemberian GSE selama 3 bulan memberikan efek yang bermanfaat pada pasien dengan perlemakan hati non-alkoholik.

Polutan Meningkatkan Risiko Lahir Cacat

Oleh: KTW dan alat fisioterapi

Wanita hamil yang terpapar dengan asap batubara dan pestisida mempunyai kemungkinan hingga empat kali lebih untuk melahirkan bayi dengan cacat tabung saraf (NTD), hal ini berdasarkan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Cina. Para peneliti mempelajari terhadap 80 bayi baru lahir dan janin digugurkan dengan cacat otak dan sumsum tulang belakang dan menemukan bahwa plasenta mereka memiliki jumlah jauh lebih tinggi bahan kimia tertentu dibandingkan dengan plasenta bayi tanpa cacat lahir.

Cacat lahir telah lama dikaitkan dengan kekurangan asam folat, ibu obesitas dan diabetes. Pencemaran lingkungan juga telah dicurigai sebagai penyebab lainnya, tetapi belum ada bukti langsung yang sangat sedikit menunjukkan hubungan tersebut.

Dalam penelitian di Cina, peneliti mendeteksi adanya hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) kadar tinggi yang berasal dari menghirup asap pembakaran batu bara, dan pestisida sintetis seperti DDT, hexachlorocyclohexane (HCH) dan endosulfan dalam plasenta bayi dengan NTDs. Selain nutrisi dan oksigen, polutan dapat dengan mudah melewati barier plasenta berpotensi mengganggu pertumbuhan embrio. Hal ini disampaikan oleh peneliti Dr. Zhu Tong di the State Key Joint Laboratory for Environmental Simulation and Pollution Control in Beijing University.

Temuan penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Proceding National Academy of Sciences secara online pada Juli 2011. Dr. Zhu dan rekan melibatkan wanita hamil di empat pedesaan kabupaten di utara provinsi Shanxi, dimana NTD terjadi pada 14 dari setiap 1.000 bayi (jauh lebih tinggi daripada rata-rata nasional). Mereka menganalisis plasenta dari 80 bayi atau janin yang diaborsi dengan NTD dan membandingkannya dengan plasenta dari 50 bayi tanpa cacat tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa, wanita yang memiliki bahan kimia PAH (dari pembakaran batu bara) pada plasenta lebih tinggi daripada tingkat rata-rata, mempunyai 4,5 kali lebih besar untuk memiliki bayi lahir cacat, sementara mereka dengan kadar pestisida yang lebih tinggi dari rata-rata adalah sekitar tiga kali lebih besar untuk memiliki bayi dengan cacat.



Image adopted from www.panda.org

Aktivitas Fisik Secara Reguler Mencegah Penurunan Fungsi Kognitif

Oleh: KTW dan alat fisioterapi

Individu dengan penyakit vaskular atau dengan faktor risiko penyakit vaskular memiliki risiko penurunan fungsi kognitif yang lebih besar, namun sedikit yang mengetahui bagaimana cara mempertahankan fungsi kognitif pada populasi ini. Hal ini disampaikan oleh Marie-Noel Vercambre, PhD. dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam jurnal Archive of Internal Medicineedisi juli 2011.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan untuk menilai hubungan antara aktivitas fisik dan penurunan kognitif dari the Womens Antioxidant Cardiovascular Study, suatu penelitian yang dilakukan pada wanita dengan penyakit vaskular dan melibatkan sebanyak 2.809 wanita dengan rentang usia 65 tahun atau lebih. Sedangkan parameter pemeriksaan meliputi fungsi kognitif yang dilakukan dengan wawancara telepon, termasuk 5tes kognisi global, memori verbal, dan kategori kefasihan. Tes dilakukan 3 kali, untuk membandingkan tingkat perubahan tahunan dari skor kognitif dibandingkan dengan tingkat aktivitas fisik total dan energi yang dikeluarkan dalam berjalan.

Hasil studi menemukan kecenderungan yang signifikan antara perbaikan fungsi kognitif dengan dengan peningkatan pengeluaran energi. Aktivitas harian dengan berjalan 30 menit langkah cepat, ini setara dengan perbedaan dalam penurunan kognitif diamati untuk perempuan yang 5sampai 7 tahun lebih muda. Berjalan yang dilakukan secara teratur sangat terkait dengan penurunan kognitif yang lebih lambat.

Kesimpulan dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara reguler, termasuk misalnya berjalan, sering dihubungkan dengan pencegahan penurunan fungsi kognitif pada wanita lanjut usia dengan penyakit vaskuler ataupun faktor risikonya.



Image adopted from www.bbc.co.uk