Alat-alat fisioterapi yang kami jual antara lain : traksi, shortwave diatermi (SWD), microwave diatermi (MWD), ultrasound terapi (US), transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS), laser terapi, infra red rays, nebulizer, TDP, Shoulder wheel, Bola bobath, korset, dll.
ristophysio
Selasa, 21 Juli 2015
Alat Fisioterapi dan Sensori Integrasi
Alat-alat fisioterapi yang kami jual antara lain : traksi, shortwave diatermi (SWD), microwave diatermi (MWD), ultrasound terapi (US), transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS), laser terapi, infra red rays, nebulizer, TDP, Shoulder wheel, Bola bobath, korset, dll.
Senin, 05 September 2011
Blassed Thistle Bermanfaat Untuk Meningkatkan Produksi ASI
Produksi ASI ditentukan oleh aktivasi hormon prolaktin di kelenjar otak, sehingga cukup penting mengkonsumsi makan yang beragam & bervariasi dalam memastikan kecukupan zat gizi terutama zat gizi mikro. Konsumsi sayur-sayuran yang mengandung galactogogue (laktagogum), dapat meningkatkan dan melancarkan produksi ASI, seperti contoh yang dikenal di Indonesia adalah daun katuk serta daun torbangun. Di luar negeri, ada beberapa jenis herbal/ tanaman obat yang dipercaya mempunyai khasiat dalam meningkatkan produksi dan pengeluaran ASI antara lain: Fenugreek, Blessed Thistle, Alfafa, dsb.
Blessed thistle dengan nama latin Cnicus benedictus L. [Asteraceae] merupakan salah satu yang biasanya dipergunakan sebagai galactagogues. Tanaman ini dapat dikombinasi juga dengan bahan lainnya seperti Red raspberry, alfalfa, marshmallow, dan fenugreek. Blessed Thistle merupakan rumput yang hidup di dataran Mediterranean , namun kadang ditemukan juga di Amerika Utara. Tanaman ini dapat dikeringkan dan digunakan sebagai galaktagogum; Diberikan dalam bentuk kapsul atau sebagai teh. Adapun mekanisme kerja sebagai galactogogue yang dipercayai dengan menstimulasi aliran darah menuju ke kelenjar payudara dan dapat memperkaya aliran ASI. Monograf dari Komisi E di Jerman, merekomendasikan dosis 4–6 gram blessed thistle per hari.
Fakta Baru Manfaat Asam Folat Terhadap NTD (Neural Tube Defect)
Menurut peneliti, Dr. Roger E. Stevenson dan koleganya dari Pusat Genetika Greenwood, South Carolina, angka kejadian (rate) spina bifida dan cacat lahir turun setelah wanita hamil mendapatkan asam folat dan hal ini menambah bukti akan manfaat vitamin B selama kehamilan. Sejak tahun 1998 di Amerika Serikat, Para produsen/pembuat dan pabrik menambahkan fortikasi asam folat terhadap tepung, roti, sereal, pasta, makanan jagung serta produk biji-bijian/padi lainnya. Berdasarkan studi baru, yang dilaporkan dalam Journal of Pediatrics 2011 secara online, para peneliti melihat angka kejadian NTD di South Carolina dari 1992 sampai 2009.
Berdasarkan data yang ada, bayi-bayi yang dilahirkan di Negara bagian South Carolina mempunyai tingkat kejadian NTD yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata negara bagian lain di Amerika Serikat. Namun selama periode studi, rate "isolasi" NTD (tidak digabung dengan defek lahir pada bayi lainnya) turun dari 1,4 setiap 1000 kelahiran dan kematian fetus menjadi sekitar 0,6 per 1000. Dan data dari tahun 1998 sampai 2005, rerata kejadian spina bifida dan anencephalus yang sering terdapat pada NTD adalah 0,69 per 100.000. Hal ini sesuai dengan rerata keseluruhan secara nasional di Amerika Serikat.
Berdasarkan hasil interview dengan para wanita di Negara bagian South Carolina yang berusia antara 15 - 45 selama periode studi , persentase wanita yang mendapatkan asam folat meningkat dari 8 % menjadi 35 % dari keadaan regular. Meskipun peneliti tidak menanyakan kepada para wanita tersebut lebih lanjut berapa banyak asam folat yang mereka dapatkan, namun para ahli merekomendasikan bahwa para wanita hamil menerima 400 mcg asam folat, berasal dari multivitamin atau makanan yang terfortifikasi Penambahan folat, dalam bentuk alami dapat ditemukan pada beberapa bahan makanan seperti: bayam, asparagus, kacang dan polong yang dikeringkan serta jus jeruk. Walaupun temuan baru ini bersifat positif, masih terdapat ruang untuk menelitilebih lanjut hal ini menurut Dr. Stevenson beserta teamnya. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa sampai akhir periode studi, hanya 35 % wanita yang mendapatkan asam folat, dari 2/3 populasi yang tahu dengan pasti serta awareness terhadap manfaat vitamin B pada khususnya. Obesitas dan diabetes tipe 2 pada ibu merupakan faktor kedua lainnya yang berkaitan dengan rerata risiko yang lebih tinggi terhadap NTD.
Pada studi ini, peningkatan pengunaan asam folat tidak mengeliminasi risiko yang berhubungan dengan diabetes, sehingga menurut Dr. Stevenson dan teamnya, masih perlu pertimbangan lebih lanjut untuk melihat dampak pemberian asam folat terhadap pencegahan diabetes pada wanita usia reproduktif. Mereka menambahkan bahwa studi selanjutnya diperlukan untuk melihat apakah asam folat yang lebih tinggi, diperlukan bagi wanita dengan diabetes.
Konsumsi Kopi Yang Berlebihan Pada Wanita Mungkin Meningkatkan Terjadinya Inkontinensia
Penelitian ini tidak menemukan peningkatan risiko antara perempuan mengkonsumsi 299 mg kafein - setara dengan sekitar tiga cangkir kopi - atau kurang per hari. Dalam kelompok yang paling tinggi kafein yang dikonsumsi 450 mg atau lebih per hari. Temuan ini dilaporkan 18 Maret online dalam Journal of Urology, tidak membuktikan bahwa kafein menyebabkan masalah terhadap kontrol kandung perempuan. Dan jika kafein yang harus disalahkan, hanya mungkin pada jumlah yang sangat tinggi.
"Kami hanya mengamati peningkatan risiko inkontinensia antara perempuan dengan intake kafein tertinggi - yaitu, wanita yang mengkonsumsi sekitar empat atau lebih cangkir kopi per hari," Dr Mary K. Townsend, salah satu peneliti. "Kami tidak menemukan peningkatan risiko antara perempuan dengan intake kafein lebih rendah," kata Dr Townsend, dari Harvard Medical School di Boston. Dia mengatakan terlalu dini untuk memberikan saran spesifik pada perempuan asupan kafein. Penelitian lebih banyak diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil saat ini.
Testosteron Gel Mungkin Memperbaiki Resistensi Insulin Pada Pasien DM
Sebagaimana yang ditulis dalam jurnal Diabetes Care, Dr. T. Hugh Jones & rekannya dari RS Barnsley di Inggris menyebutkan temuan bahwa pengobatan supportive dengan testosterone pada pria dengan testosterone rendah & type 2 diabetes atau sindroma metabolik. Dari studi ini, para peneliti melakukan test terhadap testosterone gel dibandingkan dengan gel plasebo terhadap 220 subyek paruh usia dan pria yang lebih tua, dimana para pria tersebut menggunakan gel setiap hari selama setahun. Resistensi insulin turun 16 % pada pria yang menggunakan testosteron gel, meskipun pada kenyataan mereka juga mengonsumsi metformin, obat yang membantu mengontrol kadar gula darah.
Walaupun tidak terdapat perbedaan secara keseluruhan antara gel plasebo dan testosteron dalam pengendalian gula darah, sebagai sasaran utama dalam perawatan diabetes. Selain hal tersebut para peneliti juga menemukan bahwa fungsi seksual umumnya akan bertambah baik dengan pemberian testosterone gel, meskipun tidak terdapat perbedaan dalam disfungsi ereksi (erectile dysfunction) atau kepuasan seksual keseluruhan. Efek samping hampir serupa antara gel plasebo dan testosteron gel,
Hal tersebut menujukkan penggunaan testosteron gel mungkin memberikan manfaat untuk perbaikan resistensi isnulin disamping memperbaiki disfungsi ereksi pada pria
Atomoxetine Mengurangi Kecanduan Rokok
Dalam praktik klinik, atomoxetine digunakan sebagai terapi bagi pasien-pasien ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder). Dalam penelitian yang pernah dilakukan, pemberian atomoxetine sekali sehari bermanfaat sebagai terapi bagi pasien ADHD dewasa dan anak-anak. Namun bukti-bukti terkini memperlihatkan bahwa merokok adalah masalah yang nyata pada pasien-pasien dengan ADHD. Pasien-pasien dengan ADHD memiliki angka kejadian merokok yang lebih tinggi, merokok dengan jumlah yang lebih banyak dan merokok dalam umur yang lebih muda. Apakah terapi atomoxetine dapat mengurangi kecanduan merokok pada pasien dengan ADHD belum diketahui dengan pasti.
Penelitian yang dilakukan oleh dr. Ray dan rekan merupakan penelitian tersamar ganda, dengan metode silang untuk mengetahui apakah pemberian atomoxetie dapat mengurangi kecanduan merokok pada perokok. Penelitian ini dilibatkan 50 perokok, dengan intensitas merokok (≥ 15 batang rokok sehari). Peserta penelitian ini menjalani 2 sesi: sesi pertama di mana para perokok dipersilakan untuk merokok seperti biasanya, dan dilanjutkan dengan sesi kedua, yaitu sesi dengan pantang rokok dan terapi dengan atomoxetine 1,2 mg/ kg, atau plasebo selama 7 hari. Selama sesi kedua dilakukan pemeriksaan laboratorium 2 kali. Selama dilakukannya pemeriksaan laboratorium, para peserta penelitian mengikuti pemeriksaan gejala pantang nikotin dan menjalani tugas-tugas yang berhubungan dengan kemampuan neurokognitif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terapi dengan atomoxetine berhubungan dengan penurunan gejala pantang nikotin lebih baik dibandingkan dengan plasebo. Selain itu pemberian atomoxetine juga disertai dengan penurunan bermakna kecanduan akan rokok. Namun para ahli juga menemukan bahwa atomoxetine tidak memiliki efek terhadap tugas-tugas kognitif yang dilakukan selama penelitian berlangsung.
Para ahli dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian atomoxetine mengurangi kecanduan akan merokok. Hasil penelitian ini sangat penting, dan diharapkan agar pemberian atomoxetine dapat bermanfaat mengurangi gejala ADHD sekaligus mengurangi kecanduan merokok pada populasi pasien-pasien penderita ADHD. Penelitian ini perlu dikonfirmasi dengan penelitian yang lebih besar dengan jumlah pasien yang lebih banyak.
Kombinasi Omega-3 Dan Glukosamin Bermanfaat Untuk Kesehatan Sendi
Diperkirakan sekitar tujuh juta orang di Inggris menderita masalah kesehatan sendi dalam jangka panjang. Sekitar 206 juta hari kerja hilang karena OA dan ini setara dengan hilangnya £18 miliar produktifitas. Dari 177 pasien OA yang menggunakan glukosamin dan asam lemak omega 3, sebanyak 27%nya lebih merespon pengobatan dibandingkan dengan glukosamin saja, dan perbedaannya bermakna secara statistik. Selama ini, glukosamin yang ada di pasaran diekstraksi dari kerang, udang dan kepiting. Bahan bakunya juga sering dikombinasikan dengan kondroitin sulfat yang diektraksi dari kartilago binatang misalnya dari ikan hiu.
Dr. Gruenwald merekrut 177 pasien dengan OA pinggul dan lutut derajat sedang-berat dan secara acak diberikan glukosamin sulfat atau glukosamin yang dikombinasikan dengan asam lemak omega 3. Pada penelitian ini tidak digunakan plasebo dengan alasan etis, karena subyek penelitian yang dilibatkan adalah mereka yang menderita OA dengan derajat sedang-berat. Setelah diterapi selama 26 minggu, peneliti menguji tingkat nyeri dengan menggunakan skor Western Ontario and McMaster Universities Arthrosis index (WOMAC). Perbedaan bermakna terlihat pada saat kriteria perespon dinaikan hingga setidaknya penurunan nyeri sebesar 80 digunakan. Sesungguhnya, obat kombinasi menurunkan kekakuan pada pagi hari, nyeri pada pinggul dan lutut antara 48,5 dan 55,6% dibandingkan penggunaan obat yang hanya mengandung glukosamin saja yang sebesar 41,7 hingga 55,3%. Dengan hasil ini peneliti menyimpulkan bahwa asam lemak omega 3 menghambat proses inflamasi pada OA, sementara glukosamin sulfat memperbaiki substansi kartilago yang hilang.
Hasil penelitian Burn3 sebelumnya juga mendukung hasil penelitian Gruenwald ini. Burn et al. menemukan hasil bahwa dengan pemberian asam lemak omega 3 ternyata dapat menurunkan rasio asam arakhidonat dengan eicosapentaenoic acid pada pasien sehat dan pasien dengan penyakit pembuluh koroner yang menetap (stable CAD)