Sabtu, 27 Agustus 2011

Sebenarnya untuk bisa membuka praktek

baik itu secara mandiri ataupun praktek

bersama dokter spesialis, tidak banyak

modal yang kita keluarkan. Tiga atau empat

modalitas saja kita insyaAllah sudah bisa

buka praktek, misalnya Infra Merah, TENS,

US, serta jangan lupa, kita mempunyai

modalitas yang yang tidak bisa dibeli di

toko atau di agen alat fisioterapi yaitu

manual terapi (bisa berupa terapi latihan,

terapi latihan khusus, manipulasi terapi

dan tentu saja massage yang kadang

fisioterapis sendiri alergi dengan istilah ini).

Standar

minimal ini sudah cukup untuk

buka braktek di daerah kota kecil atau

ditengah kampung.

Untuk

di daerah yang lebih kota lagi kita

bisa menambahnya dengan Diatermi/SWD.

Diatermi ini walaupun teman sejawat

fisioterapi kita di luar negeri sudah mulai

meninggalkannya, terutama para

fisioterapis yang hobi dengan manual

terapi yang memang konsumen disana

kebanyakan yang dicari adalah manual/

manipulasi terapinya. Dan juga kontroversi

tentang diatermi itu sendiri. Tetapi untuk

fisioterapi di Indonesia sendiri khususnya

di daerah kota kecil diatermi masih

diperlukan, tentu saja untuk meningkatkan

daya jual fisioterapi agar bisa bersaing

dengan praktek-praktek pengobatan yang

lain. Kita sendiri tahu berapa ratus model

praktek pengobatan yang ada di Indonesia

ini yang notabene dalam prakteknya

mereka menggunakan modalitas yang

hampir sama atau bahkan sama dengan

modalitas fisioterapi yang kita punya. Dan

SWD dan US ini setahu saya untuk

sementara hanya fisioterapis yang

memakainya.

Tentu

saja kita sebagai fisioterapi seperti

yang saya katakan tadi mempunyai

modalitas yang tidak dimiliki oleh profesi

lain yaitu manual terapi. Kita sebagai

fisioterapis harus bisa memaksimalkan

kemampuan kita dalam menerapkan

modalitas ini, karena modalitas inilah yang

sebenarnya modalitas utama andalan kita.

Ada beberapa kasus yang memang harus

menggunakan diatermi, seperti misalnya

adnesitis, sinusitis dan semisalnya. Dan ada

juga beberapa kasus yang memang harus

kita tangani secara manual, misalnya; stiff

joint, CP, entrapment neuritis, Stroke dan

masih banyak lagi.

Memang berapa

sih modal yang diperlukan

untuk bisa buka praktek mandiri?

Berikut ini diberikan sedikit

gambarannya…

1. Infra Merah, harga Rp.500.000,-/unit

2.

TENS/IDC, alat yang saya tawarkan

seharga Rp.800.000,-/unit

3.

Ultrasound terapi, harga Rp.6 juta – 7

juta.

4. SWD, harga Rp.9 juta – 10 juta.

Totalnya : 500rb + 800rb + 6jt + 9jt =

Rp.16.300.000,-

Terus terang produk di atas semua made

in China, ini bukanya saya nge-fans dengan

china, terapi menurut kita sebagai pemula

dalam hal buka praktek belum perlu

membutuhkan alat fisioterapi yang lebih

canggih (baca; lebih awet/tahan lama)

dalam artian buatan Amerika atau eropa.

Disamping itu juga karena memang modal

kita belum banyak. Yang kedepannya nanti

kalau praktek kita sukses dan mempunyai

banyak pelanggan kita bisa menggantinya

dengan alat yang lebih canggih lagi. Satu

lagi modalitas fisioterapi yang kadang

(baca;selalu) kita butuhkan untuk kasus-

kasus berupa entrapment neuritis daerah

vertebra (seperti Cervical Root Syndrome,

HNP, atau Ischialgia karena gangguan facet

joint), yaitu Traksi mesin/elektrik. Saya

menawarkan traksi lokal made in kita

sendiri dengan harga Rp.21jt, made in

China Rp.23jt, made in Korea Rp.55jt.

Bagi

teman-teman sejawat fisioterapi yang

berkeinginan untuk membuka praktek

fisioterapi mandiri sudah tidak perlu

khawatir lagi tentang modal yang harus

dikeluarkan. Belilah alat sesuai dengan

kemampuan kita saat ini dulu, dan jangan

dipaksakan.

Yang

lebih penting dari semua diatas

adalah promosi dan komunikasi harus kita

lakukan, kita bisa buka praktek tetapi tidak

bisa promosi dan berkomunikasi juga

percuma, praktek kita tidak akan jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar