Sensori integrasi adalah kemampuan untuk mengadopsi atau menyerap informasi melalui sensasi (tactile, gerakan, bau, rasa, penglihatan dan pendengaran) untuk diintegrasikan bersama-sama dengan informasi yang telah didapat sebelumnya, memori dan penegtahuan yang telah disimpan diotak untuk menimbulkan respon yang bermakna atau berarti. Menurut A. Jean Ayres, ada beberapa level sensori integrasi, dimana tiap level dari sensori integrasi berlangsung atau berkembang secara otomatis pada masa kanak-kanak dengan perkembangan normal tetapi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan perilaku tersebut harus dibantu untuk mengalami hal yang sama seperti teman sebayanya.
Level I
Toucing atau sentuhan pada seluruh tubuh, dengan sentuhan dan dekapan membuat anak merasa nyaman, respon sentuhan pada bayi yang berkembang awal adalah pada daerah wajah terutama sekitar mulut, pipi dan dahi. Ketika kita memberikan sentuhan pada daerah pipi bayi akan merespon untuk menoleh dan mencari puting susu ibunya dan selanjutnya bayi akan menghisap. Pada orang sudah terbiasa menggendong bayi, bayi akan merasa nyaman dalam pelukannya,tetapi tidak akan merasa nyaman baginya kalau orang menggendongnya tidak pernah menggendong bayi. Hal tersebut merupakan reaksi atau naluri melindungi tubuhnya. Pada anak yang mengalami gangguan pada sensori integrasinya, gejala awal yang timbul, ia sulit beradaptasi terhadap suhu luar rahim, tidak nyaman dalam semua skap, tidak merespon ketika diberi rangsangan disekitar mulut. Vestibular dan Proprioseptive juga sulit untuk dikerjakan bersama-sama seperti halnya ketika anak mengalami keterlambatan, kurang merespon terhadap rangsangan cahaya dimatanya, ia juga sulit untuk mengontrol kepala untuk tegak. Pada anak normal apabila ada rangsangan cahaya dia akan merespon mengikuti arah cahaya dan posisi kepala akan timbul reflex untuk menegakkan saat digendong bersandar didada ibunya atau saat badan digulingkan untuk mengganti popok.
Tactile, kulit adalah alarm tubuh. Alat tersebut menggambarkan nyaman atau tidaknya tubuh, contohnya saat tubuh melawan gravitasi (tempat tinggi) kalau semua sensori dapat bekerja bersama-sama hal tersebut tidak masalah bagi tubuh dan akan berlaku dimana dia berada dan bergerak secara alamiah.
Level II
Tactile, vestibular dan proprioceptive merupakan suatu susunan bolak balik untuk menstabilkan emosi anak. Jika 3 dasar sensori ini tidak berfungsi secara cepat anak akan kurang peka terhadap lingkungannya. Ada anak yang pendiam kurang merespon dan sangat sulit beradaptasi dengan orang lain. Ada juga anak yang hiperaktif dan semua rangsangan yang diterima oleh telinga, mata sangat cepat memberikan reaksi terhadap tubuhnya. Hal tersebut bukan karena ada masalah dipendengaran atau penglihatan tetapi proses sensorinya yang tidak stabil walau ia sangat aktif, sehingga ia sangat sulit untuk konsentrasinya. Otaknya mengalami kesulitan untuk berfokus pada sesuatu. Hal tersebut menyebabkan sulit untuk koordinasi dan motor planningnya mengalami gangguan pada analisa tugasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar