Minggu, 13 Maret 2011

Berjalan


Berjalan adalah usaha seseorang untuk melangkah ke depan atau perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan melibatkan komponen-komponen fundamental berjalan yakni arkus gerakan sendi, rangkaian aksi otot, kecepatan tubuh bergerak ke depan, alignment trunk dan gaya reaksi lantai. Berjalan merupakan suatu cara didalam memperoleh posisi yang akan digunakan untuk melihat, mendengar dan melakukan tugas-tugas manual.

Aktivitas berjalan hanya memerlukan jumlah waktu dan energi yang minimal serta tubuh memerlukan pola berjalan yang halus. Dengan demikian, didalam aktivitas berjalan dibutuhkan suatu pola berjalan yang halus dan penggunaan energi yang ekonomis.



TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN


Selama berjalan, ada 3 tugas fungsional berjalan yang harus diselesaikan yaitu :
1. Forward Progression
Agar tubuh dapat bergerak ke depan dengan pola berjalan yang halus dan ekonomis, maka dibutuhkan 3 fungsi yaitu :
• Shock absorption : diperlukan adanya transfer atau perpindahan berat tubuh yang cepat ke kaki yang bergerak ke depan
• Momentum kontrol : diperlukan kontrol stabilitas pada tungkai sebagai penumpuan berat tubuh dari interaksi sistem persarafan dan kerja otot.
• Forward propultion : diperlukan gaya yang cukup dari sekelompok otot untuk mendorong tubuh bergerak ke depan.
Dengan penggunaan momentum yang cukup untuk membantu terjadinya shock absorption dan menggerakkan tubuh ke depan, maka kebutuhan kerja dari tubuh dapat diminimalkan selama berjalan.

2. Single Limb Balance
Selama berjalan, pada saat satu tungkai terayun ke depan untuk bergerak maka tungkai yang lain harus mampu menyeimbangkan tubuhnya. Pada saat itu tubuh dalam keadaan off-balance karena hilangnya satu tungkai yang menyanggah . Dalam keadaan ini, seseorang akan jatuh kecuali :

• Ada gaya yang besar dari otot abduktor hip untuk mempertahankan tubuh
• Dia memiringkan tubuhnya kearah lateral di atas tungkai yang menumpu.

Kedua aksi tersebut terjadi dalam pola berjalan normal. Jika seseorang mempunyai proprioceptor dan kontrol otot yang normal tetapi ada sedikit kelemahan pada abduktor hip, maka keseimbangannya akan dikompensasi oleh lateral shift trunk yang berlebihan . Sedangkan pasien yang mengalami gangguan proprioceptor dan SSP (seperti hemiplegia) tidak akan mampu melakukan gerakan kompensasi untuk menghasilkan keseimbangan sehingga pasien akan jatuh kearah sisi tungkai yang terangkat (terayun) \. Dalam keadaan single limb balance dapat terjadi valgus thrust (lateral thrust) pada knee dan ankle . Bagi pasien-pasien RA dan paralysis akibat polio dapat terjadi deformitas valgus pada knee dan ankle karena terjadi strain yang berulang pada ligamen-ligamen.

Ada 2 mekanisme yang melindungi ligamen-ligamen dan mengontrol terjadinya valgus thrust pada knee. Pertama, mekanisme untuk menyanggah knee bagian medial melawan valgus thrust yang terjadi oleh aksi dari 3 otot sisi medial yakni m. semitendinosus, m. gracilis dan m. sartorius. Kedua, mekanisme proteksi dari aksi m. vastus medialis untuk mencegah pergeseran patella kearah lateral dan mengontrol angulasi valgus knee. Sedangkan pada ankle (kaki), adanya stress valgus dapat diproteksi oleh aksi m. tibialis posterior.

3. Limb Length Adjustment
Pada saat terjadi perubahan posisi diperlukan perubahan panjang dari kedua tungkai sehingga kaki dapat mencapai tanah dengan mudah, dimana tungkai bagian depan diarahkan untuk lurus sedangkan tungkai bagian belakang harus membengkok. Dengan demikian tungkai (extremitas inferior) yang bergerak ke depan untuk mengambil suatu langkah harus lebih panjang daripada tungkai yang di belakang . Untuk mencapai gerakan extremitas inferior ke depan maka secara relatif terjadi rotasi pelvis kearah depan dan pelvis drop pada sisi ipsilateral. Pemanjangan extremitas yang lebih jauh dapat diperoleh dengan cara mempertahankan ankle tetap pada sudut 90o. Pada akhirnya, total pemanjangan extremitas akan berkurang dengan sedikit fleksi knee pada sisi penumpuan.

Fase-fase Berjalan


Adanya pergantian berdiri dan melangkah maka secara teknikal fase berjalan terdiri atas stance phase (fase menumpu) dan swing phase (fase mengayun). Stance phase mulai terjadi pada saat heel strike dan berakhir pada saat toe-off. Untuk mengidentifikasi adanya aksi yang berkaitan maka stance phase dibagi kedalam fase heel strike, mid-stance dan push-off, sedangkan swing phase dibagi kedalam fase awal swing dan fase akhir swing. Setiap interval dari fase-fase tersebut terdiri dari aktivitas yang kompleks, yang berkaitan dengan penyelesaian tugas-tugas fungsional berjalan. Dengan demikian, untuk mengidentifikasi tugas-tugas fungsional berjalan pada setiap fase berjalan maka deskripsi fungsional yang tepat adalah :

  • Stance phase terdiri atas : Weight Acceptance, Trunk Glide, Push dan Balance Assistance
  • Swing phase terdiri atas : Pick-up dan Reach.

Fase Menumpu (Stance phase) :

1. Weight Acceptance (0 – 15 % dari siklus berjalan)

Pada fase ini, terjadi heel strike sampai foot-flat dimana kaki pertama kali kontak dengan tanah. Pada saat heel strike, tumit pertama kali menyentuh tanah dan extremitas inferior akan terulur ke depan dengan fleksi hip 30o, knee full ekstensi dan ankle membentuk sudut 90o (dorsifleksi ankle). Kemudian memasuki foot-flat knee akan sedikit fleksi dan kaki merapat di tanah. Sementara itu, tungkai bagian belakang dalam posisi toe-off.

Dalam fase ini, terjadi berbagai aktivitas dan tugas fungsional berjalan yakni :

a. Pada fase ini, menuntut adanya :

  • Shock absorption
  • Stabilisasi tungkai
  • Bergerak ke depan
  • Keseimbangan pada satu tungkai

b. Keadaan yang terjadi dalam fase ini adalah :

  • Terjadi momentum ke depan dengan kuat sebelum heel strike
  • Extremitas inferior mencapai tanah di depan tubuh
  • Terjadinya heel strike menyebabkan kaki berhenti bergerak ke depan sehingga momentum ke depan terjadi pada tungkai bawah (tibia)

c. Respon yang terjadi adalah :

RESPONSE
TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN AKTIVITAS ANATOMICAL
1. Forward Progression

a. Dengan cepat terjadi plantar fleksi ankle karena pada saat tumit kontak dengan tanah berat tubuh terjadi disepanjang tibia.

b. Dengan cepat terjadi fleksi knee seki-tar 15o karena adanya momentum ke depan dari tungkai bawah (tibia)

c. Kecenderungan fleksi hip karena adanya berat tubuh di belakang kaki yang menumpu.

2. Single Limb Balance

a. Kecenderungan untuk jatuh dari tungkai yang menumpu

b. Valgus thrust pada knee akibat lateral shift

c. Valgus thrust pada ankle

1.a. Dikontrol oleh dorsifleksor ankle yakni m. tibialis anterior dan group extensor jari-jari kaki.

1.b. Terjadinya fleksi knee dan momentum ke depan dari tungkai bawah (tibia) dikontrol oleh m. soleus dan tibialis posterior, m. quadrieps, serta stabilitas tungkai atas (paha) oleh aktivitas m. semitendinosus, biceps femoris dan gluteus maximus.

1.c. Dikontrol oleh group extensors hip dan momentum ke depan

2.a. Terjadi lateral shift dari tubuh. Pelvis distabilisasi oleh group otot abduktors : m. gluteus medius, gluteus minimus dan tensor fascia latae.

2.b. Dikontrol oleh otot-otot bagian medial knee : m. vastus medialis, semitendi-nosus dan gracilis.

2.c. Dikontrol oleh m. tibialis posterior dan insersio soleus bagian medial.

2. Trunk Glide (15 – 40 % dari siklus berjalan)

Dalam fase ini, mulai dari foot-flat sampai terjadi maksimum dorsifleksi. Fase ini merupakan fase yang membawa badan bergerak ke depan di atas kaki yang foot-flat, dengan penumpuan pada satu tungkai. Trunk Glide merupakan interval dari mid-stance.

Dalam fase ini, terjadi berbagai aktivitas dan tugas fungsional berjalan yakni :

a. Pada fase ini, menuntut adanya gerakan tubuh ke depan secara kontinu di atas kaki yang datar (foot-flat)

b. Keadaan yang terjadi dalam fase ini adalah :

  • Secara sempurna terjadi penumpuan pada satu tungkai.
  • Terjadi foot-flat di atas tanah.
  • Stabilitas extremitas inferior.
  • Masih aktif terjadi momentum ke depan tetapi agak berkurang.
  • Kecepatan gerakan ke depan menjadi lambat.

c. Respon yang terjadi adalah :

RESPONSE
TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN AKTIVITAS ANATOMICAL
1. Forward Progression

a. Adanya momentum akan membawa trunk dan extremitas inferior bergerak ke depan di atas kaki yang menetap.

  • Knee menjadi extensi ketika paha bergerak ke depan di atas tibia yang stabil.
  • Hip menjadi extensi ketika paha bergerak ke depan

b. Garis berat tubuh bergeser dari belakang tumit ke kaki bagian depan.

2. Single Limb Balance

a. Terjadi penumpuan secara total pada salah satu extremitas.

b. Terjadi lateral shift secara maksimum pada 20 % siklus berjalan, kemudian mulai menurun.

2. Limb Length Adjustment

a. Extremitas yang lain mengayun ke depan

1.a. Kecepatan gerakan ke depan dikontrol oleh aktivitas otot soleus dan tibialis posterior.
  • Otot quadriceps menjadi rileks
  • Extensor hip menjadi rileks.

1.b. Gerakan ke depan menyebabkan posisi ankle berubah dari 5o plantar fleksi menjadi 10o dorsifleksi.

2.a. Terjadi aktivitas abduktor hip secara kontinu.

2.b. Stress pada knee mulai berkurang dan otot-otot protector menjadi relaks.

3.a. Menuntut adanya gerakan abduksi, int. rotasi dan extensi hip secara simultan di atas hip joint yang menumpu.

3. Push (40 – 50 % dari siklus berjalan)

Pada fase ini, diawali dengan heel-rise sampai terjadi maksimum gaya push. Fase ini merupakan fase dimana tumit terangkat ke atas pada kaki yang menumpu, diikuti dengan gerakan badan ke depan oleh dorongan kaki yang menumpu. Fase push merupakan interval awal dari push-off.

Dalam fase ini, terjadi berbagai aktivitas dan tugas fungsional berjalan yakni :

a. Pada fase ini, menuntut adanya gaya dorong ke depan

b. Keadaan yang terjadi dalam fase ini adalah :

  • Tubuh agak ke depan dari kaki yang menumpu..
  • Secara full knee extensi.
  • Tumit mulai terangkat
  • Ankle dalam posisi 10o dorsifleksi.

c. Respon yang terjadi :

RESPONSE
TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN AKTIVITAS ANATOMICAL
1. Forward Progression

a. Berat tubuh cenderung untuk menarik:

  • Hip kearah lebih extensi
  • Knee kearah lebih extensiAnkle
  • kearah lebih dorsifleksi

b. Tercipta Gaya Push

2. Single Limb Balance

a. Posisi Trunk kembali ke midline untuk persiapan transfer berat tubuh ke tungkai yang lain.

b. Tercipta gerakan pasif abduksi hip.

1.a. Extensi hip dikontrol oleh otot iliacus.

Extensi knee dikontrol oleh otot gastrocnemius pada 10o fleksi.

Tujuh otot plantarfleksor ankle bekerja aktif : m. gastrocnemius, peroneus lo-ngus dan brevis, flexor jari-jari kaki yang besar, soleus, dan tibialis pos-terior.

1.b. Meningkatnya aktivitas dari tujuh otot plantar fleksor.

2.a. Abduktors hip menjadi relaks pada ma-sa pertengahan push.

2.b. Pergeseran tersebut dikontrol oleh otot adduktor longus dan magnus.

4. Balance Assistance (50 – 60 % dari siklus berjalan)

Fase ini terjadi penumpuan berat badan kembali oleh kedua tungkai akibat adanya transfer berat tubuh dari satu tungkai ke tungkai yang lain, dimana satu tungkai dalam keadaan toe-off sedangkan tungkai lain dalam keadaan heel strike. Pada fase ini diawali dengan maksimum gaya push sampai toe-off, yang merupakan interval akhir dari push-off. Dalam fase ini, terjadi fleksi knee dengan cepat sekitar 65o dan ankle bergerak kearah plantar fleksi sekitar 20o.

Dalam fase ini, terjadi berbagai aktivitas dan tugas fungsional berjalan yakni :

a. Pada fase ini menuntut adanya bantuan keseimbangan tubuh dari tungkai lain yang siap untuk menerima berat tubuh.

b. Keadaan yang terjadi dalam fase ini adalah :

  • Masa penumpuan dari kedua tungkai
  • Dengan cepat berat tubuh ditransfer ke tungkai yang lain
  • Mempertahankan tungkai yang utama tetap kontak dengan tanah untuk keseimbangan sementara tungkai yang lain siap untuk mengayun.
  • Garis berat tubuh berada diantara kedua tungkai.

c. Respon yang terjadi :

RESPONSE
TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN AKTIVITAS ANATOMICAL
1. Forward Progression

a. Transfer berat tubuh yang cepat akan melepaskan tahanan pada knee dan ankle

b. Mempertahankan tetap kontak dengan tanah

2. Single Limb Balance (Lateral alignment)

Masa penumpuan berat tubuh dengan kedua tungkai.

Dengan cepat berat tubuh bergeser melewati midline dari kaki yang lain

1.a. Transfer yang cepat ditandai dengan fleksi knee secara pasif (0 – 50o). Tidak ada otot fleksor knee yang bekerja aktif.

1.b. Terjadi Postural equinus akibat gerakan tibia ke depan dengan adanya fleksi knee yang disertai extensi hip.

1.c. Gerakan aktif plantar fleksi : hanya otot gastrocnemius dan tibialis posterior yang relaks.

1.d. Extensi hip berkurang (-10o – 0o). Otot adduktor longus dan magnus bekerja aktif .

2.a. Adduktor longus dan magnus mengon-trol adanya lateral shift, dan menambah stabilitas.

Fase Mengayun (Swing phase)

1. Pick-up (60 – 75 % dari siklus berjalan)

Fase ini merupakan fase awal dari swing, yang diawali dengan toe-off sampai akhir fleksi knee. Pada fase ini terjadi kombinasi gerakan fleksi hip, knee dan dorsifleksi ankle.

Dalam fase ini, terjadi berbagai aktivitas dan tugas fungsional berjalan yakni :

a. Pada fase ini menuntut terjadinya pengangkatan kaki dari tanah sebagai persiapan untuk mencapai reach ke depan.

b. Keadaan yang terjadi dalam fase ini adalah :

  • Seluruh berat tubuh disanggah oleh tungkai yang lain (tungkai yang menumpu)
  • Tungkai yang terayun berada di belakang axis tubuh
  • Jari-jari kaki menghadap ke bawah / kearah tanah akibat dari :

Ø Adanya fleksi knee

Ø Posisi ankle dalam equinus maximal.

c. Respon yang terjadi :

RESPONSE
TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN AKTIVITAS ANATOMICAL
1. Forward Progression

a. Satu tungkai (extremitas inferior) terangkat untuk membentuk postural equinus yang sebenarnya.

b. Pada saat toe-off, kaki bagian poste-rior dan lateral menuju ke axis tubuh

2. Limb Length Adjustment

Tungkai yang terayun menjadi memen-dek untuk mengangkat jari-jari kaki dari tanah.

1.a. Terjadi gerakan aktif fleksi hip (0 – 5o) oleh kontraksi otot iliacus, sartorius, dan tensor fascia latae.

Juga gerakan aktif fleksi knee (50o – 70o) oleh kontraksi otot biceps femoris (caput brevis) dan sartorius.

1.b. Tungkai yang terayun dibawa kearah midline oleh kontraksi otot adduktor magnus.

2.a. Pelvis akan berotasi ke depan dari posisinya pada maximum posterior.

2. Reach (75 – 100 % dari siklus berjalan)

Fase ini merupakan fase akhir dari swing, yang diawali dengan periode extensi knee selama mengayun. Pada fase ini, tungkai yang terayun bergerak ke depan untuk langkah berikutnya. (gbr. 7.9)

Dalam fase ini, terjadi berbagai aktivitas dan tugas fungsional berjalan yakni :

a. Pada fase ini menuntut adanya gerakan kaki ke depan untuk langkah berikutnya dalam forward progression, dan siap untuk menerima berat tubuh yang maju ke depan.

b. Keadaan yang terjadi dalam fase ini adalah :

  • Gerakan tubuh ke depan terjadi karena adanya gaya push dan aktivitas tungkai lain yang stance.
  • Tungkai/extremitas yang terayun dalam posisi fleksi pada setiap sendi, dan dengan cepat terjadi extensi knee.
  • Kaki masih berada di belakang axis tubuh.
  • Jari-jari kaki tidak kontak dengan tanah.

c. Respon yang terjadi :

RESPONSE
TUGAS FUNGSIONAL BERJALAN AKTIVITAS ANATOMICAL
1. Forward Progression

a. Tungkai bergerak dengan cepat ke depan untuk mencapai posisi Weight Acceptance sebelum garis berat tubuh sangat jauh dari tungkai yang menumpu sebagai stabilitas

b. Jari-jari kaki tetap dipertahankan tidak kontak dengan tanah.

2. Limb Length Adjustment

Tungkai yang terayun menjadi meman-jang

1.a. Dengan cepat terjadi extensi knee dari posisinya pada 70o fleksi akibat adanya relaksasi dari otot fleksor knee dan efek pendulum.

Extensors knee (kelompok Vastus) menjadi aktif pada akhir masa reach untuk mempertahankan full extensi knee.

Fleksi hip sedikit meningkat (30o) dan dipertahankan oleh group adduktors.

1.b. Terjadi gerakan aktif dorsifleksi ankle.

2.a. Secara kontinu pelvis berotasi yang diikuti dengan gerakan tungkai ke depan. Pelvis juga drops kearah adduksi tungkai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar