Selasa, 15 Maret 2011

Mobilisasi Sendi Bahu


Tujuan mobilisasi sendi untuk mengembalikan fungsi sendi yang normal tanpa nyeri pada waktu melakukan aktivitas gerak sendi. Secara mekanik tujuannya untuk memperbaiki “joint play movement” melalui mekanisme gerak arthrokinematik yang benar.


Secara biomekanik gerakan suatu sendi akan mengikuti pola gerak arthrokinematik dan arteokinematik. Pada sendi bahu yang merupakan sendi yang sangat komplek selalu mengikuti maka mobilisasi sendi juga dipengaruhi oleh struktur sendi yang lain dalam mempertahankan mobilitasnya yang normal.

Sendi yang terlibat pada gerakan bahu tercakup dalam komponen shoulder girdle, sehingga untuk memobilisasi sendi bahu juga melibatkan sendi lain misalnya acromio clavicular, sternoclavicular dan cervico thoracal serta costo scapular. Disisi lain peran otot juga sangat menentukan mobilisasi sendi bahu, misalnya otot deltoideus, rotator cuff dan otot lain di sekitar sendi bahu.

Pada kondisi tertentu nyeri bahu dapat terjadi oleh karena factor muskuler yang secara tidak langsung apabila otot tersebut mengalami patologi akan menekan struktur vaskuler dan persyarafan yang melintasi sendi bahu misalnya pada kondisi scalmi sindrom, pectoralis sindrom yang sering disebut TOC. Sindroma nyeri bahu sangat luas, apabila dikaji secara holistic, sehingga untuk membatasi pengertian mobilisasi disini hanya akan dibahas tentang mobilisasi artikuler yang berkaitan dengan (1) mekanisme joint play yaitu roll-gliding dan traksi serta (2) mobilisasi muskuler pada otot postural yang ikut mempengaruhi mobilitas sendi bahu.

Sebelum melakukan mobilisasi sendi bahu maka harus dipahami tentang pengertian permukaan sendi concave dan convex sebgai dasar artrokinetik. Pada sendi bahu, glenohumeral berpermukaan convex sedang cavitas glenoidalis bersifat concave. Gliding akan berlawanan dengan arah gerak tulang (osteokinetik). Sedang sendi yang berpermukaannya concave maka arah gliding (sliding) searah dengan tulang yang bergerak.

Traksi pada sendi bahu ke arah lateral, ventral cranial atau tegak lurus dengan permukaan sendi pada posisi maximal loose packed position. Pelaksanaan traksi tujuan terapi bias ke segala arah menurut daerah keterbtasan sendi.

TREATMENT RULES:
Sebelum melakukan terapi menggunakan teknik-teknik mobilisasi manual (manual terapi), ada aturan-aturan (treatment rules) yang harus diketahui terlebih dahulu oleh terapis, yaitu:

1.Posisi pasien
Pasien diposisikan enal & nyainan schingga otot-ototnya nicks. Sendi diposisikan pada resting position (MLPP) atau actual resting position. Tulang pembentuk sendi bagian pioksinial difiksasi.


2.Posisi terapis
Terapis harus menggtinakan prinsip-prinsip ergonomis dan berdiri atau memposisikan din sedekat rnungkin dengan pasien. Kedua kaki/tungkai melebar agar stabil. Apabila memungkinkan gunakan pengaruh gravitasi atau berat tubuh untuk mendorong atau menarik.

3.Fiksasi
Untuk memfiksasi bagian tubuh tertentu bisa digunakan tangan terapis atau menggunakan sabuk atau dengan bantuan (difiksasi) orang lain. Fiksasi dilakukan sedekat mungkin (lengan ruang sendi tanpa menimbulkan nyeri).

4.Tangan terapis yang aktif/bergerak
Tangan terapis memegang bagian tubuh sedekat mungkin dengan ruang sendi untuk digerakkan. Untuk menghindari nyeri kadang-kadang perlu merubah pegangan.

5.Arah Gerakan
Arah gerakan translasi selalu tegak lurus atau sejajar dengan bidang terapi. Gerakan tegak lurus terhadap dan ke arah bidang terapi disebut traksi dan traksi ini dilakukan untuk mengurangi nyeri maupun sebagai traksi-mobilisasi untuk memperbaiki mobilitas sendi.
Traksi untuk mengurangi nyeri dilakukan pada posisi MLPP atau apabila tidak memungkinkan maka diposisikan pada aktual resting position. Traksi-mobilisasi dan glide-mobilisasi harus dilakukan tanpa menimbulkan nyeri. Terapi untuk kekakuan sendi selalu diawali dengan traksi-mobilisasi, dan apabila memungkinkan bisa diberi modalitas fisioterapi yang lain untuk mengurangi nyeri misalnya; panas, dingin ataupun stimulasi elektris. Apabila terapi pertama tersebut ada perbaikan maka dilanjutkan dengan pemberian glide-mobilisasi ke arah gerakan yang terbatas.

6.Indikasi Traksi dan Gliding
Traksi:
Grade I:
- Untuk mengurangi nyeri
- Selalu digunakan pada saat melakukan glide-mobilisasi
Grade II:
- Untuk mengurangi nyeri (the slack is not completely taken-up)
- Untuk tes joint play movement (traction-test)
Grade III:
- Untuk menambah mobilitas sendi (traksi-mobilisasi)
- Untuk tes joint play movement (traction-test)

Gliding:
Grade II:
- Untuk tes joint play movement (glide-test)
Grade III:
- Untuk menambah mobilitas sendi (glide-mobilisasi)
- Untuk tes joint play movement (glide-test)

7.Traksi untuk Mengurangi Nyeri
Sendi yang terasa nyeri pertama-tama harus diterapi dengan traksi. Biasanya digunakan traksi intermittent (grade I atati II) dengan interval 10 detik. Traksi dilakukan pelan-pelan, kemudian dengan pelan-pelan pula traksi dilepaskan sehingga sendi kembali ke posisi awal. Setelah sendi istirahat beberapa detik, prosedur di atas diulangi kembali.
Amplitudo, durasi dan frekuensi gerakan sendi yang pasti sangat bervariasi tergantung pada respon pasien terhadap terapi tersebut. Terapis harus pandai-pandai memodifikasi teknik yang digunakan berdasarkan respon subjektif pasien terhadap terapi yang diberikan.

8.Mobilisasi Sendi untuk Menambah Mobilitas (pada kekakuan sendi)
Traksi-mobilisasi grade III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregang (stretch) jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi-mobilisasi dipertahankan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesuai dengan toleransi pasien. Antara dua traksi yang dilakukan, traksi tidak perlu dilepaskan total ke posisi awal melainkan cukup diturunkan ke grade II dan kemudian lakukan traksi grade III lagi. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang.
Glide-rnobilization grade III yang dilakukan ke arah gliding yang terbatas juga efektif untuk meregang jaringan yang menghambat gerakan. Dalam melakukan glide-inobilisasi ini selalu disertai dengan traksi grade I yang tujuannya untuk menetralisir gaya kompresi yang ada dalam sendi sehingga mempermudah terjadinya gliding.
Apabila problemnya hanya gerakan gliding terbatas maka traksi maupun gliding yang di lakukan adalah inermittent dan waktunya relatif pendek. Apabila terdapat jaringan lunak memendek maka diperlukan regangan yang dipertahankan dalam waktu satu menit atau lebih.

9.Evaluasi
Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah terapi, bahkan harus selalu dilakukan selama terapi berlangsung. Untuk terapi permulaan biasanya diberikan traksi -mobilisasi sebanyak 10 kali. Apabila tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan maka terapi bisa ditambah dengan glide-mobilisasi. Apabila pasien merasakan nyeri maka harus dilakukan evalusi secara hati-hati sebelum terapi dilanjutkan. Apabila setelah dilakukan mobilisasi berulang-ulang tidak didapatkan perbaikan maka terapi (dengan manual terapi) untuk hal ini dihentikan.

10.Tujuan Mobilisasi Sendi
Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan tanpa nyeri. Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play dan dengan demikian memperbaiki roll-gliding yang teijadi selama gerakan aktif. Terapi harus diakhiri apabila sendi sudah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat melakukan gerak aktjf dengan normal.


Pelaksanaan Manual Terapi Regio Bahu:
KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

KLIK gambar untuk memperbesar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar