Kamis, 10 Maret 2011

Fisioterapi pada frozen shoulder akibat hemiplegia

By: Suharto, RPT

PENDAHULUAN
Di tengah masyarakat sering dijumpai pasien dengan kelumpuhan separuh badan yang dapat mengakibatkan terganggunya aktifitas bahu; hal ini membuat penderita semakin sulit berbuat sesuatu dalam keluarganya, dan pada umumnya hidup dengan bantuan orang lain, sehingga terkadang timbul rasa benci pada diri sendiri dan rasa rendah diri di dalam keluarga akibat ketergantungan hidup dengan orang lain.baca selengkapnya...
Pada dasarnya gangguan keterbatasan sendi bahu ini dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, salah satu di antaranya adalah akibat kelumpuhan separuh badan. Kondisi frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan ini selain membutuhkan obat-obatan, juga tidak kalah penting nya adalah pengobatan fisioterapi terutama dengan menggunakan modalitas exercise therapy, sebab sampai saat ini, tidak ada obat yang dapat mengatasi gangguan gerak dan kekakuan sendi kecuali dengan exercise therapy yang tepat.baca selengkapnya...
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN
1) Shoulder Joint
Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.
Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:
1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya tidak sebanding.
2. Kapsul sendinya relatif lemah.
3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.
4. Gerakannya paling luas.
5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya
2) Kapsul Sendi
Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars)
a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi.Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.
b) Kapsul Fibrosa
Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi.
Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa.
3) Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau.Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago (Weiss,1979)
FROZEN SHOULDER
Frozen shoulder adalah suatu gangguan bahu yang sedikit atau sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memperlihatkan kelainan pada foto Rontgen. tetapi menunjukkan adanya pembatasan gerak.
Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan periarthritis yang itandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif maupun aktif pada semua pola gerak.
Pada penderita kelumpuhan separuh badan (hemiplegia), otot-otot sekitar sendi bahunya mengalami kelumpuhan. Posisi menggantung lengan disertai hilangnya kekuatan otot dan pengikat sendi (ligamen) sebagai penyangga mengakibatkan keluar nya kepala sendi dari mangkoknya yang disebut subluksasi sendi bahu sehingga mengakibatkan tidak sempurnanya scapulo humeral rhythm. Bila lengan digerakkan ke atas secara pasif, gerakan berputar tulang belikat dan terangkatnya tulang akromion yang dibutuhkan tidak terjadi, sehingga tonjolan tulang humerus membentur tulang akromion dan penderita merasa sakit. Stabilisasi pasif sendi (ligament) coracohumrale yang berfungsi dalam mekanisme pengerem terhadap gerakan berlebihan sendi bahu sering terganggu akibat hilangnya mekanisme perlindungan otot-otot bahu; akibatnya, fungsinya sebagai pengerem hilang, sehingga pada keadaan tersebut otot-otot sekitar sendi bahu (rotator cuff) akan sangat mudah mengalami cedera atau terjadinya penguluran yang berlebihan yang dikenal dengan over stretch.
Dengan berbagai faktor di atas, penderita cenderung takut bila lengannya digerakkan ke atas, dan mempertahankan lengan nya dalam posisi mendekat di badan (adduksi). Bilahal ini terjadi dan berlangsung lama, akan mengakibatkan perlengketan kapsul dan mengkerutnya kapsul sendi sehingga gerakan sendi tersebut akan mengalami keterbatasan dan bertambah nyeri.
Gejala
1.Adanya nyeri sekitar bahu.
2.Keterbatasan gerak sendi bahu, misal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar